JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia melalui Satuan Tugas Garuda Merah Putih II berhasil menyalurkan 91,4 ton bantuan ke Gaza, Palestina, melalui jalur udara dengan metode airdrop.
Penyaluran itu dilakukan sebanyak 28 kali dengan jumlah paket bantuan yang diterjunkan sebanyak 520 buckle.
Metode airdrop ini tidak banyak digunakan untuk penyaluran bantuan, selama jalur darat masih bisa dilalui.
Namun, kondisi Gaza yang tidak memungkinkan untuk penyaluran darat membuat metode airdrop dipilih agar krisis pangan di wilayah tersebut bisa segera teratasi.
Baca juga: Cerita Dansatgas Garuda Merah Putih-II: Salurkan Bantuan ke Gaza di Area Pertempuran
Lantas, apa itu metode airdrop dalam pengiriman logistik?
Komandan Satgas Garuda Merah Putih II Kolonel (Pnb) Puguh Yulianto mengatakan, airdrop secara definisi memiliki arti memindahkan muatan menggunakan media udara dengan payung atau parasut dan pesawat udara.
"Yang kami laksanakan kalau media airdrop itu kan ada beberapa tingkatan atau jenis, ada yang kita sebut lite, medium, dan heavy," tutur dia.
Penyaluran bantuan ke Gaza, Palestina, menggunakan ukuran lite dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan warga Gaza yang menerima di bawah.
Berat paket yang diterjunkan dari pesawat sekitar 150-165 kilogram, sehingga dirasa masih aman ketika terjatuh di sekitar masyarakat Gaza.
Puguh mengatakan, pada saat awal penyaluran bantuan menggunakan airdrop, beberapa negara mencoba langsung menggunakan paket dengan jenis heavy.
Paket ini berkapasitas 500-1.000 kilogram. Namun, hal ini dievaluasi kembali karena akan membahayakan penerima yang berada di bawah.
Baca juga: Penyalur Bantuan ke Gaza Berhasil, Kasau: Wujud Nyata Solidaritas Kemanusiaan
"Pada saat kemarin, kami (negara-negara yang menyalurkan bantuan) sepakat semua untuk second round itu yang menggunakan low cost low altitude, berat antara 150-170 kilogram," imbuh dia.
Metode airdrop ini juga dinilai bisa tepat sasaran untuk masyarakat Gaza, mengingat sudah ada bukti pengiriman gambar dari para penerima secara langsung.
"Insha Allah tepat, karena kami memiliki video. Ada visualisasi yang diberikan oleh beberapa counterpart yang di sana, mungkin dari pihak warga di sana sudah sering berkontak visual dengan kami, dan mengucapkan terima kasih kepada kami," ujar dia.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini