KOMPAS.com - Anjing adalah sahabat manusia. Mereka hidup bersama kita, mengamati kita, dan sering mencerminkan kehidupan kita. Saat rutinitas berubah, mereka ikut berubah. Saat kita stres, mereka bisa merasakannya.
Inilah yang mendorong para ilmuwan meneliti dampak besar pandemi terhadap perilaku anjing. Hasilnya adalah salah satu studi terbesar tentang perilaku anjing yang pernah dilakukan.
Studi Besar: Mengikuti 47.000 Anjing Selama Pandemi
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari Virginia Tech dan University of Washington dalam kerangka proyek besar bernama Dog Aging Project—upaya raksasa yang memantau kesehatan dan kehidupan puluhan ribu anjing di seluruh Amerika Serikat.
“Yang paling penting, data ini menjadi titik awal untuk mengikuti perubahan perilaku puluhan ribu anjing seiring pertambahan usia mereka. Pada akhirnya, ini akan membantu kita memahami keterkaitan antara perilaku dan kesehatan,” kata Courtney Sexton, peneliti utama dari Virginia Tech.
Selama 2020 hingga 2023, lebih dari 47.000 anjing diamati. Hampir setengahnya anjing campuran, sisanya anjing ras murni, dengan rentang usia dari anak anjing hingga senior.
Baca juga: Bentuk Kepala Anjing Ternyata Memengaruhi Kepribadiannya
Mengukur Perilaku Anjing: Lebih dari Sekadar Kepribadian
Perilaku anjing bukan hanya soal sifat. Perubahan mendadak bisa menjadi tanda penyakit, rasa sakit, atau stres. Perubahan kecil dalam agresi, ketakutan, atau kemampuan dilatih bisa menjadi sinyal adanya masalah.
Untuk memetakan ini, peneliti menggunakan survei C-BARQ, yang meminta pemilik menilai 14 aspek perilaku anjing mereka—mulai dari agresi hingga kemampuan dilatih. Hasilnya dikategorikan menjadi empat kelompok besar:
- Fear (Rasa Takut)
- Attention & Excitability (Perhatian & Kegembiraan)
- Aggression (Agresi)
- Trainability (Kemampuan Dilatih)
Dengan kerangka ini, para ilmuwan bisa melacak perubahan perilaku secara sistematis dari tahun ke tahun.
“Dengan dataset sebesar ini, kami benar-benar memiliki kekuatan dalam angka,” jelas Sexton. “Jika ada perbedaan signifikan secara statistik, kemungkinan ada sesuatu yang penting untuk dipikirkan dalam konteks dunia nyata.”
Baca juga: Studi: Benarkah Anjing Cenderung Mirip dengan Pemiliknya?
SHUTTERSTOCK/SERGEY KOLESNIKOV Ilustrasi melatih anjing.
Perilaku Anjing Selama Pandemi: Stabil, Tapi...
Tujuan utama penelitian ini adalah melihat apakah pandemi memengaruhi perilaku anjing. Saat lockdown, orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, mengadopsi anjing baru, dan mengurangi interaksi sosial. Rutinitas berubah drastis. Tapi apakah anjing ikut berubah?
Hasilnya mengejutkan: secara keseluruhan, perilaku anjing tetap stabil dari 2020 hingga 2023.
“Kami menemukan bahwa faktor seperti tahap kehidupan, jenis kelamin, dan ukuran tubuh memang memengaruhi perilaku, tetapi secara umum profil perilaku anjing tidak berubah banyak dari tahun ke tahun,” kata Sexton.
Baca juga: Apakah Anjing Benar-Benar Mencintai Kita? Ini Kata Ilmu Pengetahuan
Fenomena “Pandemic Puppy”: Turunnya Skor Trainability
Namun, ada satu aspek yang berubah: trainability. Anjing yang masuk penelitian pada 2020 mencatat skor lebih tinggi dibandingkan yang bergabung pada 2021–2023. Kemampuan dilatih sempat turun, kemudian mulai pulih pada 2023.
Peneliti menyebut fenomena ini sebagai “pandemic puppy struggles”. Banyak pemilik baru kesulitan melatih anjing karena akses ke kelas pelatihan terbatas, kesempatan sosialisasi berkurang, dan stres rumah tangga meningkat.
Kabar baiknya, seiring kembalinya rutinitas normal, kemampuan anjing untuk dilatih pun ikut membaik.
Baca juga: Rasa Gemas Manusia pada Wajah Imut Mengubah Evolusi Kucing dan Anjing
SHUTTERSTOCK/studio hoto Ilustrasi anjing Pudel yang merupakan ras anjing asal Jerman.