JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan deras mengguyur banyak wilayah di Indonesia di pertengahan September ini sembari menguraikan faktor penyebab banjir.
Selain akibat dinamika atmosfer, BMKG juga menyoroti faktor lingkungan dan infrastruktur yang memperparah dampak banjir.
Sistem drainase di beberapa wilayah dinilai belum mampu menyalurkan volume air hujan yang sangat besar, diperburuk oleh sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air.
"Alih fungsi lahan dari area resapan menjadi permukiman dan komersial juga mengurangi kemampuan tanah menyerap air sehingga risiko genangan semakin tinggi," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan persnya, Jumat (12/9/2025).
Baca juga: BMKG: Pertengahan September Hujan Lebat di Jakarta, Papua, hingga Riau
BMKG memprediksi bahwa pada 12-14 September, hujan lebat akan terjadi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Kalimantan Barat.
Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, dan DI Yogyakarta juga diperkirakan akan basah kuyup diguyur hujan deras.
Kemudian, hujan lebat juga berpotensi terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
"Sedangkan angin kencang berpeluang terjadi di Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku," ucap Dwikorita.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Mengintai, BMKG Peringatkan Risiko Banjir dan Longsor di Sejumlah Daerah
Sementara itu, pada 15–18 September, hujan lebat diprediksi melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan, dengan potensi angin kencang masih mengintai Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Menurut Dwikorita, intensitas hujan ekstrem dipicu oleh kombinasi faktor regional dan lokal.
"Aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif," jelasnya.
Peristiwa banjir
Banjir telah terjadi di Jakarta pada hari ini. Di Bali, banjir sudah memakan korban jiwa.
Berdasarkan data BNPB, hingga Kamis (11/9/2025) sore kemarin, tercatat 16 orang meninggal dunia dalam bencana banjir di Bali.
Rinciannya 10 korban meninggal di Kota Denpasar, 2 korban meninggal di Kabupaten Jembrana, 3 korban meninggal di Kabupaten Gianyar, dan 1 korban meninggal di Kabupaten Badung.
Baca juga: Gubernur Koster Bantah Alih Fungsi Lahan Jadi Penyebab Banjir Parah di Bali
Kini banjir di Bali sudah mulai surut dan Bali mulai normal Kembali.
Gubernur Bali, Wayan Koster menyebut alasan banjir bandang di bali bukan merupakan akibat dari alih fungsi lahan namun karena ada hal lain. Untuk evaluasi banjir ke depannya, Koster mengatakan akan menelusuri sungai-sungai besar dari hulu ke hilir.
“Alih fungsi lahan kan di Badung, Gianyar, di Badung kan di daerah-daerah Kuta Utara, ini (Denpasar) kan jauh. Bukan alih fungsi lahan ini lintasan sungainya ada di Kuta, hilirnya kan di sini,” ucap Koster di Denpasar, Kamis (11/9/2025) kemarin.
Baca juga: Koster Bantah Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir di Bali, Ini Kata Pengamat Perkotaan
Sementara banjir di NTT menyebabkan 10 desa terisolir total. Akses darat menuju desa-desa tersebut terputus akibat jalan tertimbun longsor dan dua jembatan ambruk.
Data sementara hingga Rabu (10/9/2025) menyebutkan, banjir bandang di NTT menewaskan tiga orang, sementara empat lainnya masih hilang dan dalam pencarian tim gabungan. Dua orang dilaporkan luka-luka.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini