KOMPAS.com - Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng mengapresiasi inovasi warga Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, yang berhasil menunjukkan hasil signifikan dalam menjalankan budi daya maggot.
Budi daya yang baru dimulai pada 1 Agustus 2025 itu kini mampu menghasilkan 100 kilogram (kg) maggot per hari sekaligus mengolah satu hingga dua ton sampah organik setiap harinya.
Sebagai informasi, kegiatan budi daya maggot merupakan bagian dari program Gerakan Terpadu Masyarakat Mengelola Sampah (Gumregah) yang diinisiasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
"Ini adalah terobosan nyata dan solusi strategis untuk mengatasi masalah sampah organik di kota kita. Mengingat lebih dari 60 persen sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang adalah limbah organik, maka kehadiran program seperti ini sangat vital," ujar Agustina.
Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di TPA Jatibarang Semarang Ditarget Rampung 2027
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menghadiri panen perdana budi daya maggot di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Sabtu (13/9/2025).
Selain mengelola sampah, program itu juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Nantinya, hasil panen maggot akan dimanfaatkan sebagai pakan bernutrisi tinggi untuk ternak serta pupuk organik (kasgot) bagi petani kangkung, cabai, dan tomat.
Semua kegiatan tersebut dilakukan di lahan "Banyumanik Berdaya" dan dikelola oleh warga setempat.
“Binatang peliharaan (ternak) apa yang akan memiliki nilai ekonomi tinggi jika makan maggot? Ayam, lele, dan bebek. Ya, nanti tahun 2026 kami akan turunkan percobaan menggabungkan antara usaha rumah maggot dengan usaha peternakan,” jelas Agustina.
Baca juga: Dari Maggot hingga Pendidikan, Harapan Baru di Bantar Gebang
Ia berharap, keberhasilan program di Jabungan itu dapat menginspirasi kelurahan-kelurahan lain di Semarang untuk menerapkan hal serupa.
Pasalnya, komitmen jangka panjang Pemkot Semarang dalam mewujudkan program Semarang Bersih membutuhkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
"Dari sampah yang tadinya menjadi masalah, kini lahir solusi yang memberi nilai tambah secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. Inilah ekonomi sirkular, dari sampah berputar kembali menjadi sumber daya yang bermanfaat," ucap Agustina.