Ceplas-ceplos ala Koboi Menkeu Purbaya

2 days ago 2

TINGGINYA di atas rata-rata orang Indonesia. Sekilas menyaksikan tinggi dan postur tubuh, ia mengingatkan pada Mochtar Lubis.

Namanya Purbaya Yudhi Sadewa, Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis Kantor Staf Presiden, antara April hingga September 2015.

Tatkala menjadi narasumber di program "The Headlines" yang saya gawangi di salah satu stasiun televisi, Purbaya datang dengan atribut itu.

Ketika itu, awal Agustus 2015, ekonomi Indonesia sedang sempoyongan di bawah komando Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Di kuartal kedua tahun 2015 ekonomi jeblok, cuma tumbuh 4,67 persen. Posisi itu terkontraksi dari kuartal pertama. Semester pertama yang bikin Presiden Joko Widodo ketar-ketir, meski ia terus mengembuskan optimisme.

Menurut Jokowi (kurang lebih), "Di September, Oktober akan mulai naik. Di akhir tahun akan meroket".

Jokowi bicara begitu di depan wartawan sambil memperagakan gerakan tangannya yang ikonik di tahun 2015: Tangan kanan bergerak dari bawah ke atas menunjukkan gambaran "meroket".

Baca juga: Reshuffle Sri Mulyani: Disiplin Fiskal Vs Soemitronomics

Saat itu, Purbaya mewakili suara pemerintah. Satu narasumber lain adalah orang penting di Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Dua lainnya adalah pemimpin redaksi dari dua media massa yang bertindak sebagai panelis.

Dipandu seorang host, kami memberi judul tayangan itu "Kapan Ekonomi Melaju?". Sebuah diskusi yang terpanggil untuk menguji klaim Jokowi bahwa ekonomi Indonesia bakal meroket di tahun 2015.

Purbaya tidak ngeper di depan tiga orang kawan diskusinya. Sebaliknya, ia percaya diri, ceplas-ceplos, optimistis dan intens membela kebijakan ekonomi Presiden Jokowi.

Purbaya memang begitu. Spontan dan blak-blakan. Persis seperti ketika ia menjawab pertanyaan wartawan seusai dilantik menjadi menteri keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati, 8 September 2025.

Gaya spontan, ceplas-ceplos, blak-blakan dan kadang terlalu apa adanya itu membuat Purbaya dibanding-bandingkan dengan pendahulunya, Sri Mulyani.

Jika cuma membaca komentarnya dari teks atau kutipan pernyataannya, publik bisa salah paham. Ada yang menyebutnya arogan atau songong.

Lain jika kita menyaksikan dan mendengar pernyataan Purbaya lewat medium audio visual. Kita dapat memahami keutuhan, dasar ia berpijak dan mengapa ia mengatakan keyakinannya atas ekonomi bakal tumbuh lebih baik. 

Namun, saya melihat ada "sesuatu" bersama sepak terjang dan reputasinya menekuni masalah ekonomi. Ia beda dengan gaya luarnya yang terlihat beda "keumuman".

"Kita balikin arah ekonomi yang melambat menjadi lebih cepat dulu. Let's say ke arah 6 persen lebih dalam waktu tidak terlalu lama. Habis itu kita bangun yang lain biar pertumbuhannya bisa lebih cepat lagi," jelas Purbaya pede (CNBCIndonesia.com, 9 September 2025).

Mungkin karena dibanding-bandingkan dengan Sri Mulyani yang memiliki reputasi internasional, Purbaya tampak benar ingin memastikan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk mengurus ekonomi.

"Jadi nggak usah khawatir. Pengalaman itu sudah kita kerjakan tahun 2021, 2020, 2015, 2008, 2009," tegas Purbaya sembari menambahkan bahwa dia ada saat peristiwa (guncangan ekonomi) mencuat di negeri kita.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |