KOMPAS.com - Di sebuah sudut kecil yang dulu ia yakini sebagai tempat berlindung, Mohammad Ismael kini hidup dalam bayang kerinduan.
Putrinya, Asma, yang delapan tahun lalu ia bawa kabur dari neraka militer Myanmar, kembali direnggut darinya.
Asma dipaksa kembali ke tanah air yang tak pernah mengakui keberadaan komunitas mereka.
Ismael dan Asma melarikan diri pada 2017, ketika desa-desa Rohingya dibakar, perempuan diperkosa, dan ratusan orang dibantai dalam operasi brutal yang digerakkan oleh tentara Myanmar.
Baca juga: AS Nyatakan Militer Myanmar Lakukan Genosida ke Rohingnya, Apa Itu Genosida?
Mereka berhasil selamat, meninggalkan kamp pengungsian Bangladesh yang penuh sesak, lalu menemukan harapan baru di India.
Di New Delhi, Ismael bekerja sebagai pemulung, sementara Asma menimba ilmu di sekolah sederhana.
Mei 2025 lalu, putrinya yang beranjak dewasa tersebut seharusnya merayakan pernikahan. Namun beberapa hari sebelum momen bahagia itu, semuanya berubah.
Baca juga: Cerita Pasien Sakit Ginjal Bisa Bertahan Puluhan Tahun dan Sembuh
Asma hilang dalam sekejap
CNN mempublikasikan kisah Ismael dalam tulisan hasil investigasi berjudul “How India Secretly Sent Refugees Back to the Land Accused of Committing Genocide Against Them” pada Minggu (14/9/2025).
Disebutkan bahwa, Asma bersama 39 pengungsi Rohingya lain dipanggil otoritas India. Alasannya terdengar meyakinkan, yaitu pengambilan data biometrik untuk dokumen identitas baru. Mereka menurut mengikuti perintah sebelum akhirnya menghilang.
Tiga hari berselang setelah Asma dipanggil, kabar samar datang lewat telepon pinjaman dari ribuan mil jauhnya ke telinga Ismael.
"Asma dan kawan-kawan dipaksa naik pesawat, lalu ditutup matanya, digiring ke perahu di Samudra Hindia, sebelum akhirnya dibuang ke pantai Myanmar," tulis CNN.
Myanmar adalah negeri yang pernah mereka tinggalkan dan kini dilanda perang saudara.
Negara itu sekarang dikuasai militer yang oleh PBB dituding melakukan pembersihan etnis, dan oleh Amerika Serikat disebut pelaku genosida.
Baca juga: Cerita Damkar Depok, Sedot Kolam Ikan 2 Meter Demi Evakuasi iPhone Mahasiswa
Deportasi diam-diam
Investigasi CNN, yang menggabungkan kesaksian para pengungsi dengan data penerbangan dan pelayaran, mengungkap bahwa pemerintah India diam-diam mendeportasi 40 orang Rohingya, di antaranya 13 perempuan dan 27 laki-laki tanpa proses hukum.
Aksi itu dinilai melanggar hukum India sendiri dan bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia (HAM).