BATAM, KOMPAS.com - Eceng gondok (eichornia crassipes) yang kerap dianggap gulma di Waduk Duriangkang, Batam, ternyata membawa rezeki bagi lima ibu rumah tangga di Kelurahan Mangsang, Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Dari tangan mereka, tanaman air itu diolah menjadi kerajinan tangan bernilai ekspor hingga menembus pasar Turki.
“Semua berawal di 2013 lalu, saat saya melirik serat eceng gondok yang kemudian menghasilkan sepasang sandal. Darisana muncul ide saya dan teman-teman, untuk mulai menghadirkan kreatifitas kami melalui media serat eceng gondok,” kata Isnawati saat ditemui di rumahnya, Selasa (9/9/2025).
Bersama empat rekannya, Isnawati mengolah eceng gondok menjadi berbagai produk seperti tas, sandal, pot bunga, hingga furnitur. Awalnya hanya untuk kebutuhan pribadi, produk mereka mulai dilirik teman dan tetangga, lalu berkembang menjadi usaha rumahan bernama Isnapuring.
Baca juga: Eceng Gondok Rawa Pening Diolah Jadi Paving Block dan Bahan Bakar Alternatif
Isnawati mengaku pada awalnya mereka memanen eceng gondok sendiri di Waduk Duriangkang, lalu menjemurnya sebelum diolah di rumah. Kini, mereka tidak lagi memanen, tetapi tetap sesekali piknik ke waduk untuk mengenang masa awal merintis usaha.
“Alhamdulillah untuk awal sebulan dapat meraup untung sebesar Rp 10 juta. Itu untuk pasar di dalam dan luar Batam. Kami mulai dilirik hingga akhirnya masuk dalam program Wirausaha Unggulan Bank Indonesia,” ujar Isnawati.
Melalui program tersebut, produk mereka menembus pasar Singapura, Malaysia, hingga Turki. Pesanan tas rajutan, pot bunga, hingga dekorasi rumah terus meningkat. Bahkan Isnawati kini menggandeng ibu rumah tangga lain sebagai tenaga tambahan.
“Khusus Turki, mereka biasanya pesan 150 tas rajutan eceng gondok setiap bulan. Kata mereka tas itu laku dijual ke wisatawan yang datang ke negara mereka,” jelas Isnawati.
Pengurus Wirausaha Unggulan Bank Indonesia (WUBI) Kepri, Abdun Baskoro Cahyo, menyebut UMKM di Batam berpotensi besar menembus pasar internasional. “Namun kalau dari nilai ekspor, justru fesyen lebih besar meskipun pelakunya hanya 2-3 UMKM,” ujarnya.
Saat ini, Bank Indonesia mencatat kontribusi UMKM terhadap ekspor Kepri baru sekitar 10-15 persen. BI terus memberikan pendampingan, termasuk fasilitasi business matching dengan buyer luar negeri.
Geografis Kepri yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia disebut menjadi keuntungan tersendiri, karena komunikasi dengan pembeli lebih mudah dilakukan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini