Dari Sungai Terkotor Menjadi Penopang Energi: Upaya Ekologi di Citarum

2 hours ago 4

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Sungai Citarum, yang pernah dijuluki sebagai salah satu sungai terkotor di dunia, kini menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan.

Dengan kondisi air yang dulunya berwarna hitam pekat, bau menyengat, dan dipenuhi sampah plastik serta limbah industri, Indeks Kualitas Air (IKA) Sungai Citarum pada 2018 hanya mencapai 33,43 poin, yang menempatkannya dalam kategori cemar berat.

Namun, data terbaru menunjukkan, peningkatan IKA menjadi 51,05 poin pada 2024, yang kini masuk dalam kategori cemar ringan.

Meskipun ada kemajuan, status ini masih jauh dari kata bersih.

Baca juga: Citarum Tercemar dan Membiru, Dedi Mulyadi: Jika Ada Pelanggaran, Sanksi Tegas Harus Dijatuhkan

Air Sungai Citarum tetap menyimpan ancaman serius, di mana parameter pencemar seperti BOD, COD, TSS, dan coliform di banyak titik masih melampaui ambang batas baku mutu kelas II sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001.

Senior Manager UBP Saguling, Doni Bakar menjelaskan, perbaikan ekologi Citarum tidak hanya berkaitan dengan lingkungan, tetapi juga dengan energi.

“Dengan semakin membaiknya kualitas air dan pengelolaan sedimentasi, keberlangsungan waduk serta operasional PLTA Saguling dapat lebih terjaga,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Senin (15/9/2025).

Pernyataan ini menegaskan fakta bahwa energi listrik dari PLTA Saguling sepenuhnya bergantung pada kondisi ekologi Sungai Citarum.

Baca juga: DLH Karawang: Sanksi Perusahaan Pencemar Citarum Kewenangan Provinsi

Sedimentasi berlebih dan air yang tercemar dapat memangkas usia waduk, mengurangi kapasitas tampung, dan menekan efisiensi pembangkitan listrik.

"Langkah ini sekaligus memperpanjang usia waduk, mendukung ketahanan energi, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Bandung Barat," imbuhnya.

Ketua Bening Saguling Foundation (BSF), Indra Darmawan menambahkan, solusi ekologis dijalankan mulai dari hilir masalah: sampah.

"Hal itu dilakukan melalui pengolahan sampah menjadi kerajinan tangan serta pengelolaan sebagai salah satu Bank Sampah Induk (BSI) di Bandung Barat," katanya.

Langkah ini sangat penting mengingat timbunan sampah rumah tangga selama puluhan tahun telah mengubah bantaran sungai menjadi tempat pembuangan terbuka, yang memperparah pencemaran air.

Melihat kembali ke masa lalu, kondisi Sungai Citarum pernah sangat kritis.

Data penelitian menunjukkan nilai Indeks Pencemar rata-rata terus meningkat antara 2011 hingga 2014, dari 8,70 menjadi 13,949, yang menempatkannya dalam kategori cemar berat.

Biota air pun mati, ikan menghilang, dan air tidak lagi bisa dimanfaatkan oleh warga.

Perubahan positif mulai terasa setelah tahun 2018, ketika pemerintah meluncurkan program Citarum Harum.

Target program ini sederhana namun penting, yaitu menaikkan IKA dari kisaran 30-an menuju minimal 60 poin pada tahun 2025 agar kualitas air stabil dalam kategori cemar ringan hingga sedang.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |