Demo Maut Berujung PM Mundur, Apa yang Terjadi di Nepal?

4 days ago 3

KATHMANDU, KOMPAS.com - Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, telah mengundurkan diri menyusul kemarahan publik atas tewasnya 22 orang dalam bentrokan antara polisi dan demonstran antikorupsi.

Kantor perdana Menteri Nepal menyatakan bahwa Oli mengundurkan diri untuk membuka jalan bagi solusi konstitusional lantaran demonstrasi kaum Gen-Z yang menentang tuduhan praktik korupsi telah meluas dan berubah menjadi aksi kekerasan.

Rangkaian demonstrasi itu dipicu oleh larangan media sosial, yang kini telah dicabut.

Baca juga: Nepal Tanpa Presiden dan PM Saat Demo Ricuh, Tentara Akan Ambil Alih

Aksi kekerasan dimulai ketika ribuan orang—sebagian besar menyebut diri mereka sebagai Gen Z—turun ke jalan di Kathmandu pada Senin (8/9/2025).

Hampir 200 orang diyakini terluka dalam bentrokan dengan polisi. Aparat menggunakan gas air mata, meriam air, dan peluru tajam saat para pengunjuk rasa memanjat tembok parlemen dan gedung-gedung resmi lainnya.

Pada Selasa (9/9/2025), para demonstran membakar gedung Dewan Perwakilan Rakyat, markas besar Partai Kongres Nepal, dan rumah mantan perdana menteri Sher Bahadur Deuba. Rumah beberapa politisi lainnya juga telah dirusak.

Apa itu larangan media sosial?

Media sosial merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat Nepal. Bahkan, tingkat pengguna medsos per kapita di Nepal adalah yang tertinggi di Asia Selatan.

Pekan lalu, pemerintah memutuskan untuk melarang 26 platform media sosial, termasuk WhatsApp, Instagram, dan Facebook, karena aplikasi-aplikasi itu gagal memenuhi tenggat waktu pendaftaran ke Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Nepal.

Para kritikus menuduh pemerintah berusaha meredam kampanye antikorupsi dengan larangan tersebut.

Larangan itu kemudian memicu demonstrasi massa. Meski kemudian larangan itu dicabut pada Senin (8/9/2025) malam, aksi protes telah meluas dan menjadi pintu masuk bagi para pengunjuk rasa untuk menyalurkan ketidakpuasan yang lebih mendalam terhadap pemerintah.

Apa yang terjadi di Nepal?

Peserta demo Nepal menggotong pengunjuk rasa yang terluka dalam demonstrasi di luar Gedung Parlemen di Kathmandu, Senin (8/9/2025). Demo di Nepal yang menolak larangan media sosial berujung bentrok dengan aparat. Polisi tembak massa di depan parlemen Nepal, 19 orang tewas, 145 luka.AFP/PRABIN RANABHAT Peserta demo Nepal menggotong pengunjuk rasa yang terluka dalam demonstrasi di luar Gedung Parlemen di Kathmandu, Senin (8/9/2025). Demo di Nepal yang menolak larangan media sosial berujung bentrok dengan aparat. Polisi tembak massa di depan parlemen Nepal, 19 orang tewas, 145 luka.

Demonstrasi berubah menjadi aksi kekerasan di Kathmandu dan beberapa kota lain di Nepal. Sebanyak 19 pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan polisi pada Senin (8/9/2025).

Pada hari yang sama, Menteri Komunikasi Nepal, Prithvi Subba, mengatakan kepada BBC bahwa polisi terpaksa menggunakan kekerasan—termasuk meriam air, pentungan, dan tembakan peluru karet.

Namun, beberapa pengunjuk rasa mampu menembus pagar gedung parlemen di Kathmandu. Hal ini mendorong polisi untuk memberlakukan jam malam di sekitar gedung-gedung pemerintah utama dan memperketat keamanan.

Pada Selasa (9/9/2025), para pengunjuk rasa membakar gedung DPR di ibu kota Kathmandu. Gedung-gedung pemerintah dan rumah-rumah para pemimpin politik juga diserang di seluruh negeri.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |