JAKARTA, KOMPAS.com - Di saat banyak pasar properti di Asia Pasifik mengalami perlambatan, Jakarta justru menunjukkan performa meningkat.
Knight Frank Asia Pasifik mengungkapkan harga sewa gudang modern di Jabodetabek mencapai 2,9 persen, jauh melampaui rata-rata pertumbuhan sewa gudang di Asia Pasifik yang hanya 0,17 persen.
Baca juga: Perang Dagang Global Bikin Kawasan Industri Berpeluang Melonjak
Angka ini menjadikan Jabodetabek sebagai salah satu kawasan dengan pertumbuhan sewa gudang tertinggi di Asia Pasifik, bahkan mengungguli beberapa pasar yang lebih matang.
Knight Frank Asia Pasifik juga menyebutkan bahwa kota-kota seperti Singapura, Shanghai, dan Beijing menghadapi tantangan dalam pertumbuhan sewa, sementara Jakarta justru membuktikan daya tahannya.
Faktor Kunci di Balik Kenaikan Sewa
Associate Director Research Knight Frank Asia Pacific Wyai Kai Lai menyoroti beberapa faktor utama yang mendorong lonjakan harga sewa gudang di Jadebotabek.
Di antaranya permintaan yang kuat. Meskipun ada perlambatan ekonomi global, permintaan akan ruang logistik di Jakarta tetap tinggi.
Baca juga: Gudang Hybrid Makin Dicari di Tangerang, Berkontribusi Rp 12,5 Triliun
Hal ini sebagian besar didorong oleh sektor-sektor strategis seperti kendaraan listrik (EV) dan pusat data (data center).
Kedua sektor ini menyerap hampir separuh dari total lahan industri yang diserap pada semester pertama 2025.
"Sektor EV mencatat serapan tertinggi, yaitu 31 persen, menunjukkan pesatnya perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia," ujar Wyai, dikutip Kompas.com, Senin (15/9/2025).
Faktor Berikutnya adalah daya tarik "China Plus N". Ini merupakan fenomena pergeseran rantai pasok global dari "China Plus One" menjadi "China Plus N", menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan utama investasi.
Baca juga: Siap Dominasi Logistik Nasional, Astra Akuisisi Raja Properti Gudang
Perusahaan-perusahaan global kini mencari diversifikasi produksi, dan Indonesia, dengan bonus demografi serta posisinya yang strategis, menjadi pilihan favorit.
"Aliran investasi asing langsung (FDI) dari China ke Asia Tenggara terus meningkat, yang berdampak langsung pada permintaan ruang logistik," imbuh Wyai.
Faktor selanjutnya adalah lokasi-lokasi unggulan. Laporan Knight Frank mengidentifikasi sub-pasar yang paling aktif menyerap lahan, seperti Karawang, Bekasi, dan yang paling menarik adalah Cilegon dan Serang di koridor barat.
Baca juga: Gudang Garam Tambah Modal Rp 1,5 Triliun buat Tol Kediri-Tulungagung
Munculnya Cilegon dan Serang sebagai pemain utama menunjukkan bahwa permintaan tidak hanya terpusat di koridor timur, tetapi juga meluas ke wilayah lain.
Optimisme Jangka Panjang yang Terjaga
Meskipun adanya beberapa tantangan, seperti sentimen investor yang berhati-hati dan isu stabilitas domestik, fundamental pasar properti industri Indonesia tetap solid.
Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mengatakan, Indonesia tetap menjadi pasar yang menjanjikan, didukung oleh bonus demografi yang menjadikannya pasar konsumen yang besar.
Baca juga: Permintaan Gudang Modern Masih Kuat, Terutama di Area Timur Jakarta
Namun, ada catatan penting yang perlu diperhatikan, bahwa untuk mempertahankan momentum positif ini, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu terus membangun iklim investasi yang kondusif dan menjaga kepercayaan investor.
"Dengan pertumbuhan sewa yang kuat dan permintaan yang terus berlanjut dari sektor-sektor strategis, Jakarta kini berada di garis depan sebagai pusat logistik yang tangguh di Asia Pasifik, siap menyambut gelombang investasi di masa depan," tuntas Syarifah.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini