Diberhentikan Sepihak, Tiga Siswa SMAN 5 Bengkulu Sakit Fisik, Dua Terganggu Mental

2 hours ago 1

BENGKULU, KOMPAS.com - Hartanto, Kuasa Hukum 11 siswa SMA Negeri 5 Kota Bengkulu yang dikeluarkan sekolah secara sepihak, menyatakan tiga anak kliennya sakit fisik serta dua orang mengalami gangguan mental.

"Kami akan melakukan gugatan pada pihak sekolah karena pemberhentian sepihak oleh sekolah mengakibatkan tiga anak klien kami sakit fisik, dua orang lainnya terganggu secara mental berdasarkan rekomendasi psikolog," ujar Hartanto saat mendampingi para siswa dan wali murid di kantor perwakilan Ombudsman, Bengkulu, Senin (15/9/2025).

Menurut Hartanto, rencana gugatan pidana kepada SMA Negeri 5 Bengkulu karena merugikan siswa akan ia layangkan kepada penegak hukum.

Namun, saat ini ia fokus agar anak-anak tetap bisa sekolah di SMAN 5 Bengkulu.

Baca juga: 11 Siswa SMAN 5 Bengkulu Mengadu ke Ombudsman: Kami Bertahan karena Kami Tak Salah

"Gugatan pidana akan kami lakukan, tetapi saat ini kami fokus agar anak-anak tetap sekolah di SMAN 5," tegas dia.

Menurut dia, pindah sekolah bukan merupakan solusi. Pihak sekolah diminta untuk menghentikan diskriminasi terhadap anak.

"Ini bisa berujung ke pidana, rekomendasi dari psikolog menyatakan bahwa anak terganggu mental dan psikis, yang berbuat harus bertanggung jawab. Pindah itu bukan solusi, SMAN 5 harus hentikan diskriminasi terhadap anak," kata dia.

Ia juga menuntut Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, untuk turun tangan menghentikan persoalan di SMAN 5.

Sementara itu, salah seorang wali murid mengatakan perjuangan mencari keadilan untuk anaknya terus dia lakukan.

Diberhentikannya anak-anak dari sekolah membuat mental anak terganggu.

Baca juga: Kisruh SMAN 5 Bengkulu, 10 Wali Murid Lapor ke Ombudsman

"Kami berjuang cari keadilan, diusir oleh kepala sekolah. Anak-anak di kelas dirundung keluar kelas. Setiap hari dirundung dan diminta pindah oleh kepala sekolah," kata seorang ibu.

"Anak kami stres, saya sudah bolak-balik ke klinik, ia mengalami kelelahan fisik dan mental. Saya dirujuk ke psikolog. Anak tidak mau pindah, sampai sekarang alasannya tidak jelas. Mau ujian ambil nilai, tetapi diusir," ungkap seorang ibu.

Ia mengatakan dirinya berulang kali membujuk anaknya untuk pindah ke sekolah lain, tetapi anaknya tidak bersedia.

"Hasil psikolog anak saya sudah masuk ambang empat dan lima; kejiwaannya tertekan. Lewat dari ambang batas itu, anak saya terkena depresi. Rasa cemasnya sudah di ambang batas karena tertekan oleh guru yang ditekan oleh Kepala Sekolah untuk mengusir anak dari sekolah," ujarnya.

Baca juga: Kisruh SMAN 5 Bengkulu, Dua Operator Sekolah Diperiksa Ombudsman 4 Jam

Selama proses mencari keadilan, anak-anak sudah hampir sebulan tidak belajar.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |