GAZA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Herzi Halevi mengungkapkan bahwa lebih dari 200.000 warga Palestina tewas atau terluka selama perang di Gaza.
Halevi menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah pertemuan komunitas Yahudi di selatan Israel pada Selasa (9/9/2025).
Dia menegaskan bahwa dalam hampir dua tahun konflik di Gaza, tidak pernah sekalipun keputusan militer dibatasi oleh nasihat hukum.
Baca juga: Kapal Global Sumud Flotilla Tujuan Gaza Kembali Diserang, 2 Kali dalam Dua Hari
"Lebih dari 10 persen populasi Gaza telah terbunuh atau terluka, lebih dari 200.000 orang," ujar Halevi, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (12/9/2025).
Angka yang disebut Halevi mendekati catatan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Hingga Jumat (12/9/2025), korban tewas sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023 menurut kementerian tersebut sebanyak 64.718 orang dan 163.859 lainnya terluka.
Ribuan korban lain dikhawatirkan masih tertimbun di reruntuhan bangunan. Badan kemanusiaan internasional menilai statistik itu dapat dipercaya.
Setidaknya 40 orang dilaporkan tewas akibat serangan Israel pada Jumat, sebagian besar di sekitar Kota Gaza.
Data kementerian tidak membedakan korban sipil atau milisi. Namun, data intelijen militer Israel yang bocor hingga Mei 2024 menyebut, lebih dari 80 persen korban tewas adalah warga sipil.
Baca juga: Serangan Israel di Qatar Ancam Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
Operasi militer
Halevi, yang memimpin IDF selama 17 bulan pertama perang, menekankan bahwa operasi militer sejak awal memang dilakukan dengan cara keras.
"Ini bukan perang yang lembut. Kami melepas sarung tangan sejak menit pertama. Sayangnya, tidak lebih awal," ucapnya.
Meski begitu, dia mengeklaim operasi IDF tetap berjalan dalam kerangka hukum humaniter internasional.
"Tidak ada yang bekerja dengan lembut," paparnya.
Baca juga: Israel Ultimatum Hamas: Bebaskan Sandera atau Gaza Dihancurkan
Di sisi lain, Halevi mengakui nasihat hukum tidak pernah membatasi keputusan militernya.
"Tidak sekali pun ada yang membatasi saya. Tidak sekali pun. Tidak juga Jaksa Agung Militer (Yifat Tomer-Yerushalmi), yang, omong-omong, tidak punya kewenangan untuk membatasi saya," paparnya.