SIKKA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menyelenggarakan Festival Jelajah Maumere (FJM) 2025.
FJM 2025 ini berlangsung selama 4 hari, mulai Rabu (17/9/2025) hingga Sabtu (20/9/2025) di Lapangan Kota Baru Maumere.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Even Edomeko, mengungkapkan bahwa FJM kali ini mengusung tema wini ronan, yang berarti lumbung benih.
"Tema ini dipilih karena secara umum kebudayaan kita tumbuh dari tradisi bertani, berladang," ujar Even di Maumere, Selasa (16/9/2025).
Baca juga: Longsor Tutup Jalan Trans Ende-Maumere, Aktivitas Warga Terganggu
Misalnya, terang Even, pada proses penyiapan lahan, terdapat kearifan bekerjasama yang sekaligus menjadi ritus dan seni yang dikenal dengan nama sako seng.
Contoh lainnya adalah pada masa perawatan tanaman, bila tanaman diganggu oleh hama, maka leluhur mengusir hama dengan cara melakukan ritus (upacara adat usir hama).
"Misalnya, tu teu di Kecamatan Paga dan Kecamatan Mego; atau wotan wurat di Kecamatan Hewokloang," jelasnya.
Begitu juga di masa panen muncul tradisi syukur panen yang melahirkan tarian dan nyanyian, misalnya tarian togo pare, tari ga’i, dan lain-lain.
Selain itu dari tradisi bertani dan berladang ini muncul keyakinan-keyakinan misalnya keyakinan tentang asal usul padi dari seorang manusia sebagaimana terungkap dalam cerita dua nalun pare.
"Demikian sekedar contoh bahwa tradisi dan kebudayaan kita umumnya datang dari kegiatan bertani dan berladang," ungkapnya.
Baca juga: Sempat Ditutup Imbas Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Frans Seda Maumere Kembali Beroperasi
Selain itu, lanjut Even, tema ini juga untuk menggarisbawahi pentingnya isu tentang ketersediaan pangan, khususnya pangan lokal.
Menurut Even, ini penting karena fakta menunjukkan bahwa banyak benih dan bibit lokal yang sudah hilang dari kebun-kebun petani.
"Dari sisi kebudayaan, kondisi ini membuat beberapa kosa kata dalam latar kearifan lokal sulit mendapat referensi," jelasnya.
Even menambahkan bahwa target peserta FJM 2025 ini sebanyak 5.000 orang.
Peserta yang terlibat terdiri dari berbagai komunitas di Kabupaten Sikka, para pegiat seni, para pegiat kebudayaan, sanggar budaya, desa wisata, pelaku UMKM, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintah, dan sebagainya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini