JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina segera menerapkan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Minyak Nabati Terhidrogenasi, sebagai pengganti bahan bakar diesel di seluruh operasionalnya di Indonesia.
Untuk itu, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga (PPN) menggandeng Princeton Digital Group (PDG), penyedia pusat data terkemuka di Asia Pasifik, yang berkantor pusat di Singapura. Kerja sama diteken di Jakarta pada Selasa (9/9/2025).
Kemitraan strategis Pertamina dan PDG disebut sebagai tonggak sejarah untuk menandai langkah signifikan dalam komitmen untuk mengurangi jejak karbon Scope 1 serta mendorong operasional pusat data yang berkelanjutan di kawasan ini.
“Kemitraan kami dengan Pertamina Patra Niaga mencerminkan komitmen PDG terhadap pertumbuhan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan di kawasan Asia Pasifik,” kata Varoon Raghavan, Chief Operating Officer dan Co-founder PDG, melalui keterangan pers, dikutip Kamis (11/9/2025).
Baca juga: Putusan WTO Soal Sengketa Biodiesel Indo-EU Belum Inkrah, Kemendag Jelaskan Tahapan Selanjutnya
HVO merupakan bahan bakar diesel generasi baru yang 100 persen berasal dari limbah, seperti minyak nabati, lemak hewan, atau minyak goreng bekas.
Berbeda dengan biodiesel tradisional, HVO memiliki karakteristik yang mirip dengan solar berbahan fosil namun menghasilkan pembakaran yang lebih bersih, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca dan bahan partikulat secara signifikan.
Baca juga: Indonesia Menang Gugatan soal Biodiesel, Kemendag: Uni Eropa Wajib Patuhi WTO
Dengan beralih ke HVO untuk generator cadangan, PDG memperkirakan dapat memangkas emisi karbon 70 - 90 persen, sekaligus meningkatkan kualitas udara setempat dengan mengurangi polutan berbahaya seperti nitrogen oksida dan partikulat.
“Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, PDG hadir mendukung transformasi ini melalui pusat data yang dibangun untuk skala besar dan keberlanjutan," tambah Varoon.
Menurut dia, implementasi HVO di Indonesia menjadi langkah penting dalam strategi PDG untuk menurunkan emisi Scope 1 dan mempercepat transisi energi, sekaligus menetapkan standar baru bagi infrastruktur digital yang ramah lingkungan di kawasan ini.
Langkah PDG dalam mengadopsi HVO tidak hanya sejalan dengan target dekarbonisasi Indonesia, tetapi juga mendukung upaya global yang lebih luas untuk mempercepat transisi dari bahan bakar fosil menuju energi alternatif yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Baca juga: Program Biodiesel RI Terancam Jika Lahan Sawit Sitaan 3,1 Juta Hektar Tak Dikelola Optimal