Gen Z Rentan Menganggur, Lulusan SMA-SMK Mendominasi

2 days ago 2

KOMPAS.com - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pengangguran di Indonesia didominasi oleh anak muda, utamanya yang memiliki jenjang pendidikan menengah atas hingga sarjana.

Jika melihat data keseluruhan, terdapat sebanyak 153,05 juta angkatan kerja di Indonesia. Dari ratusan juta tersebut, sebanyak 145,77 juta yang bekerja, sedangkan 7,28 juta lainnya menganggur.

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mengartikan pengangguran sebagai penduduk di atas usia 15 tahun yang tidak bekerja.

Baik karena masih mencari, menyiapkan usaha, belum mulai bekerja, atau sudah putus asa mencari pekerjaan.

Baca juga: Lebih dari 1 Juta Pengangguran di Indonesia 2025 Lulusan Universitas

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menyebut pula bahwa dari 100 orang angkatan kerja, artinya ada sebanyak 5 yang menganggur. Adapun, provinsi dengan jumlah pengangguran tertinggi adalah Papua, disusul oleh Kepulauan Riau dan Jawa Barat.

Mayoritas anak muda

Melalui laporan BPS yang dirilis pada Senin (5/9/2025), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut kelompok umur sebagian besar ada di rentang usia 15 hingga 24 tahun. Dari angka, jumlahnya mencapai 16,16 persen per Februari 2025.

Angka ini jadi yang paling besar diantara kelompok umur lainnya, seperti rentang 25 hingga 59 tahun hanya sebesar 3,95 persen.

Faktanya, sejak Februari 2023 angka TPT telah menunjukkan pola yang sama. Artinya, generasi muda dengan rentang usia 15 hingga 24 tahun terus menjadi kelompok dominan dalam penyumbang pengangguran tertinggi di Tanah Air.

Baca juga: 8 Skill agar Cepat Dapat Kerja, Wajib Punya Sebelum Lulus Kuliah

Sarjana, SMK, dan SMA jadi sorotan

Ironinya, justru lulusan dengan tingkat pendidikan yang tinggi menjadi angka terbesar dalam total pengangguran Indonesia.

Dilansir dari Sakernas, sebanyak 6,99 persen lulusan SMA atau sederajat sedang menganggur. Sedangkan, dari pendidikan tinggi ada sebesar 5,97 persen.

Secara lebih spesifik, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki persentase paling besar, yaitu 8 persen, dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya.

Padahal, seharusnya SMK memiliki kesiapan kerja yang baik dinilai dari sistem pendidikannya yang berfokus pada keterampilan teknis untuk mempermudah penyerapan kerja.

Disusul dengan SMA sebesar 6,35 persen dan Diploma IV, S1, S2, dan S3 sebesar 6,23 persen. Sementara, Diploma I, II, dan III memiliki angka yang cenderung rendah dibandingkan pendidikan tinggi lainnya, yaitu 4,8 persen.

Baca juga: Mendikdasmen Dorong Siswa SMK Belajar 4 Tahun Agar Lebih Siap Kerja

Pola pengangguran berdasarkan pendidikan tinggi pun sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya terukur sejak dua tahun ke belakang.

Ilustrasi pengangguran struktural. Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang disebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi perekonomian. Bagaimana cara mengatasi pengangguran struktural? Apa contoh pengangguran struktural?Shutterstock Ilustrasi pengangguran struktural. Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang disebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi perekonomian. Bagaimana cara mengatasi pengangguran struktural? Apa contoh pengangguran struktural?

Diduga akibat sempitnya lapangan kerja

Pakar dan Pemerhati bidang Ketenagakerjaan FISIPOL UGM, Tadjuddin Noer, mengungkap alasan mengapa justru pengangguran berasal dari kelompok dengan pendidikan tinggi.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |