HONG KONG, KOMPAS.com - Pasar modal Indonesia mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,12 persen, meski ketidakpastian ekonomi global masih membayangi. Hal ini disampaikan Dr. Ibrahim Kholilul Rohman, Head Indonesia Financial Group (IFG) Progress, saat berbicara di Belt and Road Summit 2025, Hong Kong, Kamis (11/9/2025).
“Ini sangat bagus, terutama di saat ketidakpastian terjadi di banyak negara,” ujar Dr. Ibrahim.
Selama dekade terakhir, pasar modal Indonesia tumbuh dengan rata-rata tahunan sekitar 12 persen. Transformasi pasar modal yang sebelumnya terbatas pada segmen tertentu kini lebih inklusif, sehingga investor ritel kini memegang sekitar 28 persen dari total aset yang dikelola seluruh perusahaan pasar modal di Indonesia.
“Kondisi ini juga didukung perspektif regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk lebih ramah bagi seluruh investor, termasuk pajak yang sangat rendah untuk IPO dan penerapan multiple voting shares untuk melindungi perusahaan pemula agar bisa menjaga stabilitas perusahaan,” ujar Dr. Ibrahim.
Baca juga: Proyek IKN dan Whoosh Jadi Contoh Transformasi Digital dan Infrastruktur RI di Belt and Road Summit
Pertumbuhan pasar modal juga berjalan seiring dengan stabilitas ekonomi struktural Indonesia dan momentum dari kolaborasi lama dengan China dalam pembangunan infrastruktur selama sepuluh tahun terakhir.
Proyek jalan tol dan kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Bandung menjadi contoh nyata sinergi ini.
“Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi kolaborasi menarik bagi investor, termasuk dari Hong Kong dan China, karena populasi berpendapatan menengah meningkat dan literasi pasar modal terus berkembang. Dinamika ini terlihat jelas, bukan hanya dalam beberapa tahun terakhir, tapi juga selama beberapa dekade terakhir,” tambahnya.
Dengan dukungan regulasi dan infrastruktur yang terus berkembang, pasar modal Indonesia berada dalam posisi yang kuat untuk menarik investasi internasional.
Optimisme pertumbuhan perekonomian RI
Dalam sesi sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan, menyampaikan optimismenya terhadap perekonomian Indonesia meski menghadapi tantangan global, termasuk gejolak ekonomi dari negara maju dan berkembang.
Ia menekankan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sekitar 5 persen, pertumbuhan investasi mencapai 30 persen dari target, serta Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur di level 51,5 yang menunjukkan peningkatan aktivitas industri.
Ferry juga menyoroti peran proyek strategis nasional dan kerja sama internasional, termasuk investasi China, dalam mendorong pertumbuhan infrastruktur dan ekonomi regional.
Ferry menekankan pentingnya kolaborasi internasional dan inovasi digital untuk mendorong transformasi ekonomi.
Ia mencontohkan proyek Jakarta-Bandung High-Speed Railway yang telah melayani lebih dari 11 juta penumpang, menyerap 90 persen tenaga kerja lokal, dan berkontribusi sekitar 0,6 persen terhadap PDB Jakarta dan Jawa Barat.
"Melalui inovasi dan kemitraan, proyek-proyek ini tidak hanya memperkuat struktur fisik, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan regional, dan memungkinkan alih teknologi," ujar Ferry Irawan dalam special address di Belt and Road Summit ke-10, Kamis (11/9/2025), Hong Kong.
Sebagai informasi tambahan, Belt and Road Summit ke-10 yang diselenggarakan pada 10–11 September 2025 di Hong Kong Convention and Exhibition Centre dihadiri oleh lebih dari 6.000 peserta dari lebih 120 negara dan wilayah.
Acara ini menjadi platform utama untuk menjajaki peluang bisnis dan investasi di sepanjang jalur Belt and Road, dengan fokus pada sektor-sektor seperti infrastruktur, teknologi, dan pembangunan berkelanjutan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini