Indonesia Gali Potensi Pasar Modal lewat Kerja Sama dengan Hong Kong

3 days ago 7

HONG KONG, KOMPAS.com - Indonesia Financial Group (IFG) memperdalam kerja sama strategis dengan Financial Services Development Council (FSDC) Hong Kong untuk meningkatkan kapasitas dan riset di sektor keuangan, termasuk pasar modal.

Penandatanganan MOU ini difokuskan pada transfer pengetahuan terkait insurance, asset liability matching, syariah financing, green investment, dan pengembangan pasar modal.

“Sebenarnya ini pertama kali untuk Belt and Road Summit, tapi kita sudah dengan FSDC sejak pertengahan tahun lalu memiliki program bersama. Jadi manfaatnya langsung terlihat lewat MOU ini, sebagai bagian dari peningkatan capacity building dan research di bidang financial sector,” ujar Dr. Ibrahim Kholilul Rohman, Head IFG Progress, di Belt and Road Summit 2025, Hong Kong, Kamis (11/9/2025).

Baca juga: IFG: Pasar Modal Indonesia Tumbuh 5,12 Persen di Tengah Ketidakpastian Global

Dr. Ibrahim Kholilul Rohman, Head IFG Progress, menyampaikan perkembangan pasar modal Indonesia di Belt and Road Summit 2025, Hong Kong.

DOK. HKTDC Dr. Ibrahim Kholilul Rohman, Head IFG Progress, menyampaikan perkembangan pasar modal Indonesia di Belt and Road Summit 2025, Hong Kong.

Dr. Ibrahim menilai peluang integrasi pasar modal Indonesia dengan negara-negara Belt and Road cukup besar.

“Kalau dengan Hong Kong, sejak 2023 kita menjadi recognized capital market. Artinya perusahaan Indonesia bisa melakukan double listing dan secondary market dari issuance mereka. Ini memberikan akses ke liquidity yang lebih besar, tidak hanya di Indonesia tapi juga di Hong Kong,” lanjutnya.

Ia menambahkan, segmen retail investor di Indonesia kini tumbuh pesat, mencapai 28 persen dari total aset under management.

Baca juga: Proyek IKN dan Whoosh Jadi Contoh Transformasi Digital dan Infrastruktur RI di Belt and Road Summit

“Ini menandakan masyarakat mulai mendiversifikasikan aset mereka tidak cuma di tabungan atau deposito, tapi juga mutual funds dan pasar modal,” lanjut Dr. Ibrahim.

Pengembangan instrumen pasar modal juga sedang digarap, seperti indeks ETF dan property-based instruments, yang bisa menjadi alternatif pendanaan bagi sektor riil.

“Kalau memungkinkan ada injection liquidity dari luar negeri, misalnya Hong Kong dengan excess liquidity dari mainland, ini merupakan peluang yang harus digali,” pungkas Dr. Ibrahim.

Baca juga: Indonesia Sebut IKN dan Whoosh sebagai Pendorong Lapangan Kerja dan PDB di Ajang Belt and Road Summit 2025

Daya tarik pasar modal RI

Pasar modal Indonesia mencatat pertumbuhan 5,12 persen meski ketidakpastian ekonomi global masih berlangsung.

Dr. Ibrahim Kholilul Rohman, Head Indonesia Financial Group (IFG) Progress, menyebut pertumbuhan ini juga didukung rata-rata pertumbuhan tahunan sekitar 12 persen selama satu dekade terakhir dan semakin besarnya peran investor ritel, yang kini menguasai 28 persen dari total aset pasar modal.

Menurut Dr. Ibrahim, keberhasilan ini tak lepas dari kebijakan ramah investor dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), infrastruktur yang berkembang, dan kolaborasi lama Indonesia–China di sektor transportasi.

“Indonesia tetap menjadi destinasi kolaborasi menarik bagi investor, termasuk dari Hong Kong dan China, karena populasi berpendapatan menengah meningkat dan literasi pasar modal terus berkembang,” ujarnya di Belt and Road Summit 2025, Hong Kong, Kamis (11/9/2025).

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |