JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan sampah di Indonesia kini menjadi krisis yang mendesak.
Data Sistem Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) 2024 mencatat, dari 35 juta ton timbulan sampah, 61,22 persen di antaranya tidak terkelola.
Angka yang mengkhawatirkan ini menunjukkan bahwa upaya penanganan sampah tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah, melainkan membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, termasuk sektor industri dan masyarakat.
Baca juga: Pabrik Semen Narogong, Pertama Gunakan Gas Hidrogen di Asia Tenggara
Dalam semangat peringatan World Clean-Up Day, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) melalui divisi pengelolaan limbah Nathabumi, mengambil langkah proaktif.
Berkolaborasi dengan mitra strategisnya, Pertamina Hulu Mahakam (PHM), mereka tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mengajak generasi muda menjadi agen perubahan.
Kelas Kita
Bertempat di SDN 003 Anggana, Samarinda, Kalimantan Timur, program edukasi yang diberi nama "Kelola Sampah Sekitar Kita" (Kelas Kita) ini berhasil melibatkan 83 siswa-siswi.
Melalui pendekatan permainan interaktif yang menyenangkan, anak-anak diperkenalkan pada konsep dasar pengelolaan sampah, mulai dari membedakan sampah dan limbah, cara memilah, hingga praktik langsung membuat kompos.
Baca juga: Jajaran Bos SBI Dirombak Total, Target Bikin Semen Khusus 1 Juta Ton buat Amerika
Kepala Regional Jakarta Hutama Karya, Untung Joko Ristyono menuturkan, bagi pengguna yang biasa melintasi Gerbang Tol (GT) Fatmawati 2 menuju Exit Tol Pondok Indah, skema rekayasa akan memisahkan jenis kendaraan.
Camat Anggana, Rendra Abadi, menyambut baik inisiatif ini. “Kami menyambut baik inisiatif ini yang membangun sinergi antara pemerintah, industri, komunitas, dan sekolah untuk memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan,” ujarnya, dikutip Kompas.com, Senin (15/9/2025).
Program Kelas Kita bukan kali pertama dilakukan Nathabumi. Sebelumnya, program serupa telah sukses digelar di berbagai sekolah di Jawa Barat, menunjukkan komitmen Nathabumi untuk menumbuhkan kesadaran sejak usia dini di berbagai wilayah.
Industri Sebagai Ujung Tombak Solusi Teknologi
Menurut Head of Alternative Fuel & Raw Materials (AFR) Division SBI, Budi Yuliadi Nugraha, mewujudkan masa depan yang berkelanjutan membutuhkan peran serta semua pihak.
Nathabumi telah memelopori solusi inovatif dengan mendirikan fasilitas pengelolaan sampah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) pertama di Indonesia, yang berlokasi di Cilacap, Jawa Tengah pada tahun 2020.
Teknologi ini memungkinkan sampah diolah menjadi sumber energi alternatif yang aman dan tanpa residu, kemudian dimanfaatkan oleh pabrik semen.
Hingga kini, Nathabumi telah bekerja sama dengan tujuh pemerintah daerah untuk mengelola sampah menjadi RDF, termasuk Kabupaten Cilacap, Provinsi DKI Jakarta, dan Kota Tangerang.
“Teknologi di pabrik semen mampu mengelola RDF secara aman tanpa residu. Ini merupakan wujud peran dan kontribusi industri untuk mendukung pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat," tutur Budi.
Namun, ia menegaskan bahwa teknologi canggih saja tidak cukup. Dibutuhkan peran aktif masyarakat, terutama dari sisi edukasi.
Kesadaran dan pengetahuan untuk mengurangi, memilah, dan memanfaatkan kembali sampah memiliki dampak besar dalam menekan jumlah sampah yang tak terkelola.
Kolaborasi antara industri, pemerintah, dan masyarakat, dimulai dari sekolah-sekolah, adalah kunci untuk mengatasi krisis sampah yang ada.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini