JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengembangkan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) di berbagai daerah, salah satunya di Desa Wasian, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa.
Menteri PU Dody Hanggodo mengungkapkan, pembangunan JIAT merupakan langkah strategis untuk membantu petani di daerah yang tidak terjangkau layanan irigasi dari waduk, bendungan, maupun jaringan irigasi permukaan.
Baca juga: 1 September, Bendungan Kedungombo Siap Alirkan Air ke Lahan Pertanian
“Selain kita memanfaatkan bendungan, waduk, bendung dan jaringan irigasinya, di daerah-daerah yang tidak terjangkau, kita manfaatkan jaringan irigasi air tanah dengan pompa," kata Dody dalam rilis, Jumat (12/9/2025).
Ini bertujuan dalam memperkuat dukungan terhadap ketahanan pangan nasional dengan memastikan ketersediaan air irigasi bagi sektor pertanian.
Solusi Lahan Pertanian Tak Terjangkau Air
Kehadiran JIAT menjadi solusi bagi lahan pertanian yang belum terjangkau aliran air dari infrastruktur irigasi konvensional. Sehingga, dapat membuka dan menambah luas areal tanam baru.
Petani juga lebih mendapatkan kepastian pasokan air yang terjangkau dan berkelanjutan.
"Untuk di Wasian ini masih menggunakan solar, takutnya justru membebani petani karena swadaya. Tadi Pak Dirjen Sumber Daya Air sudah arahkan agar dikonversi menggunakan listrik. Jika tidak ada listrik, bisa kita pakai tenaga surya. Dengan cara ini, kita harap produktivitas pertanian meningkat,” papar Dody.
Program JIAT diharapkan dapat mendukung target swasembada pangan nasional yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto, sekaligus mengangkat kesejahteraan petani di Minahasa dan sekitarnya.
Profil JIAT di Wasian
JIAT di Desa Wasian dibangun pada Tahun 2005 dan telah dilakukan rehabilitasi oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi I pada 2025 dengan panjang saluran irigasi 1.292 meter dan kapasitas aliran 10 liter per detik.
Baca juga: Nusron Larang Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Perumahan
Infrastruktur ini mampu mengairi sekitar 15 hektar persawahan. Sehingga, indeks pertanaman yang semula 200 persen (2,5 kali panen per tahun) diproyeksikan meningkat menjadi 300 persen atau tiga kali panen per tahun.
Dengan produktivitas rata-rata 6 ton gabah per hektar, hasil panen diperkirakan mencapai 4 ton beras per hektar setiap musim.
Sekretaris Desa Wasian Stevira Parengkuan menjelaskan, desa mereka memiliki luas lahan persawahan sekitar 86 hektar.
Menurutnya, tambahan pasokan air melalui jaringan irigasi air tanah sangat membantu perekonomian petani.
“Sebagian besar warga kami adalah petani, sehingga keberadaan jaringan irigasi ini sangat membantu untuk lahan-lahan yang gak dapat air irigasi, karena memang di sini pertaniannya mengandalkan tadah hujan," Stevira.
Kepala Desa Wasian Marlien Lalamentik juga menyampaikan apresiasi atas perhatian Kementerian PU.
Marlien berharap dukungan serupa bisa diberikan untuk pembersihan eceng gondok di Danau Tondano yang sudah lama menjadi keluhan warga.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini