BENGKULU SELATAN, KOMPAS.com - Desa Batu Ampar di Kecamatan Kedurang, Bengkulu Selatan merupakan kawasan transmigrasi yang dikembangkan sejak tahun 1979.
Kawasan transmigrasi yang sudah berusia hampir setengah abad ini berjarak sekitar 4 jam perjalanan darat dari pusat Kota Bengkulu.
Salah satu pekerjaan rumah yang menjadi sorotan di Batu Ampar adalah akses jalan penghubung desa yang tidak layak.
Baca juga: Kementerian Transmigrasi Kucurkan Rp 4,5 Miliar untuk Bengkulu Selatan
Untuk mencapai desa, warga harus melewati jalan penghubung berupa makadam yang curam sepanjang 2 kilometer.
Tidak sembarang kendaraan bisa melewati jalan tersebut, melainkan kendaraan khusus off-road atau motor bebek jika tidak ada pilihan lain. Karenanya, Batu Ampar dengan 35 Kepala Keluarga (KK) di dalamnya seperti terisolasi dari kawasan lain.
Untuk mengatasi masalah infrastruktur dasar tersebut, Kementerian Transmigrasi mengucurkan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) sebesar Rp 4,5 miliar untuk Bengkulu Selatan, yang salah satunya ditujukan untuk perbaikan jalan akses dari dan menuju Desa Batu Ampar.
Baca juga: Warga Konawe Utara Hibahkan 1.000 Hektar Tanah untuk Transmigrasi
"Digunakan untuk sarana air bersih, toilet, renovasi sekolah, dan pembangunan jalan non-status yang menghubungkan antar-desa," ujar Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi saat berkunjung ke Batu Ampar pada Rabu (10/09/2025).
Sebagai informasi, ABT tersebut berasal dari total ABT yang diterima oleh Kementerian Transmigrasi sebesar Rp 1,7 triliun.
Sehingga, pada tahun 2025, Kementerian Transmigrasi mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebanyak Rp 1,89 triliun yang digunakan untuk pengembangan kawasan transmigrasi eksisting.
Kompas.com/Aisyah Sekar Ayu Maharani Tiang listrik terpasang di jalan menuju kawasan transmigran Desa Batu Ampar, Kedurang, Bengkulu Selatan
Krisis Listrik
Transmigran di Batu Ampar tidak hanya kesulitan di hal akses jalan penghubung, tetapi juga pasokan listrik.
Desa ini mengandalkan listrik dari panel surya yang dipasang di setiap rumah. Namun, sayangnya, energi tersebut tidak cukup untuk memberikan aliran listrik yang optimal sesuai kebutuhan warga selama 24 jam non-setop.
"Ada listrik tapi dalam bentuk surya panel. Jadi tidak bisa sampai 24 jam, jam 10 malam sudah habis," ungkap Viva Yoga.
Baca juga: Rehabilitasi Sekolah di Kawasan Transmigrasi Butuh Rp 188 Miliar
Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin mengatakan, kebutuhan jaringan listrik seperti tiang listrik sejatinya sudah tersedia di jalan menuju Batu Ampar.
"Tinggal tergantung komunikasi saya dengan pihak PLN. Mudah-mudahan saya akan kejar, nanti kita minta programnya ke sini, kegiatannya juga," katanya pada kesempatan yang sama.
Selain itu, Rifai mengatakan bahwa Batu Ampar memiliki potensi pengembangan komoditas durian.