Jakarta, Kompas.com - Geographic Information System (GIS) Reasearch Analyst Pantau Gambut, Juma Maulana meminta pemerintah mengambil langkah pencegahan kebakaran lahan gambut akibat El Nino pada 2027 nanti.
Berkaca dari kejadian tahun 2015, 2019, dan 2023, El Nino memicu kebakaran di berbagai lahan gambut dengan lokasi yang sama.
"Ada suatu daerah di Kalimantan Tengah itu langganan terbakar. Ketika ada El Nino, pasti terbakar. Saya khawatir itu akan terulang lagi di tahun 2027 saat ada El Nino, angkanya akan cukup tinggi lagi," ujar Juma dalam konferensi pers, Senin (15/9/2025).
Padahal, untuk memulihkan lahan gambut membutuhkan waktu sekitar 100 sampai 200 tahun. Di sisi lain, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) telah dibubarkan per 31 Desember 2024.
"Apalagi, sekarang siapa yang akan melakukan restorasi, itu pertanyaan kita, karena BRGM sudah bubar. Adakah dana ke sana untuk melakukan restorasi secara masif seperti dahulu untuk mengurangi angka kebakaran ini? Kita tahu emisi kita paling tinggi itu masih berasal dari polusi dan kebakaran," tutur Juma.
Alih fungsi lahan gambut untuk perkebunan atau kepentingan lain perlu melewati proses pengeringan melalui kanalisasi. Menurut Juma, lahan gambut yang telah kering semakin rentan terbakar akibat El Nino.
Berdasarkan data karhutla 2023 saat El Nino, Pantau Gambut memproyeksikan 16 juta hektar dari total 24,2 juta hektar kesatuan hidrologis gambut (KHG) di Indonesia rentan terbakar, dengan sebaran terbesar di Sumatera dan Kalimantan.
Pantau Gambut mengecek 200 lahan gambut yang terbakar pada 2024, kata dia, hanya 1% saja menjadi hutan alami.
"Ini menandakan bahwasanya lahan gambut hari ini sudah semakin rusak, kebakaran juga masih sangat masif, dan kami khawatir ini akan terus berlanjut agenda eksplorasi lahan gambut," ucapnya.
Dampak kebakaran lahan gambut
Koordinator Program Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Ade Chandra mengatakan, sebenarnya lahan gambut dalam kondisi basah. Namun, lahan gambut sengaja dikeringkan oleh korporasi untuk kepentingan penanaman monokultur sawit, akasia, sampai ekaliptus.
Lahan gambut yang kering menyebabkan sangat sulit dipadamkan jika terjadi kebakaran.
"Lahan gambut itu kalau sudah terbakar, susah sekali untuk dipadamkan. Ya, walaupun secepatnya, apinya tidak ada di permukaan, tapi sebenarnya apinya masih ada di dalam," ujar Ade.
Di sisi lain, kebakaran lahan gambut berdampak terhadap ekologi, serta kesehatan dan sosial-ekonomi masyarakat.
Kebakaran di lahan gambut berdampak terhadap kesehatan, sosial ekonomi, maupun ekologi.
Dari segi ekologi, kebakaran menghancurkan ekosistem gambut yang pemulihannya membutuhkan waktu hingga ratusan tahun.