Keharusan Menggelar Resepsi Mewah Memicu Fenomena Marriage is Scary, Benarkah?

1 day ago 3

KOMPAS.com - Saat ini, ada banyak tren tentang pernikahan yang dianggap oleh sebagian orang sebagai sesuatu yang wajib dilakukan.

Di antaranya adalah harus menyelenggarakan pesta melepas masa lajang, dan menghadirkan bridesmaid beserta perlengkapan pendukung seperti kostum, serta tiket pesawat, dan penginapan jika bridesmaid datang dari luar kota.

Belum lagi acara resepsi harus digelar dengan mewah, lengkap dengan pilihan makanan western atau Japanese, dekorasi dan photo booth yang kekinian, serta gaun pengantin yang memukau.

Baca juga: Peran Wedding Stylist untuk Bikin Pesta Pernikahan Lebih Estetik

Deretan tren seperti itu tentunya dapat menguras lebih banyak uang, sehingga menciptakan tekanan finansial bahkan sebelum pernikahan digelar.

Lantas, apakah tren-tren tersebut berkontribusi dalam terciptanya fenomena “marriage is scary” alias anggapan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang mengerikan, karena sudah ada beban ekonomi sebelum rumah tangga dimulai?

“Bisa jadi, tapi menurut saya tren ini hanya pada masyarakat urban,” jelas sosiolog sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Dr. Mustaghfiroh Rahayu, M.A, saat dihubungi pada Jumat (12/9/2025).

Pernikahan melibatkan keluarga besar

Perempuan yang akrab disapa Ayu ini melanjutkan, masyarakat yang institusi keluarganya masih kuat, alias sangat kekeluargaan, tidak begitu terpengaruh dan tertekan dengan berbagai “kewajiban” tersebut.

Pasalnya, dalam kelompok masyarakat seperti itu, mereka masih menganut tradisi lama yang menganggap bahwa pernikahan bukan sepenuhnya calon mempelai laki-laki dan perempuan, tetapi juga orangtua dan keluarga besar.

Ayu menuturkan, institusi keluarga yang seperti itu justru membantu menurunkan tekanan dan stres yang dirasakan para calon pengantin.

“Dan itu (institusi keluarga yang kuat) bisa mengamankan secara emosional pada para calon pengantin,” ujar dia.

Sebagai contoh, masih ada orangtua yang membantu biaya pernikahan anaknya karena sudah mempersiapkannya sedari dulu.

Ada pula pernikahan yang mana calon mempelai laki-laki dan perempuan tidak mengeluarkan uang sepeser pun perihal makanan.

Baca juga: Tren Marriage Is Scary Ramai di Medsos, Apa Itu?

Sebab, keluarga besar, dan terkadang para tetangga juga terlibat karena dekat dengan mereka, bergotong-royong memasak hidangan pernikahan.

“Di dalam masyarakat yang institusi keluarganya masih kuat, itu menjadi jaring pengaman. Dalam banyak hal, itu yang membuat seseorang secara mental lebih sehat karena mereka merasa diperhatikan, dilindungi, dan tidak ‘tumbuh’ sendiri. Selalu ada ‘akar’ yang membantu untuk berdiri tegak,” terang Ayu.

Sekalinya perlu melakukan deretan tren tersebut pun mereka tidak masalah. Uang yang dikumpulkan secara pribadi bisa dialokasikan ke hal tersebut lantaran acara resepsi dan lain-lain sudah dibantu oleh keluarga.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |