Kembali Jadi Perdebatan di X, Apa Itu "Eat the Rich"?

1 day ago 3

KOMPAS.com - Fenomena “Eat the Rich” kembali jadi perbincangan hangat di media sosial X dalam beberapa hari terakhir.

Ungkapan yang kerap dipakai sebagai simbol perlawanan terhadap ketimpangan ini muncul usai ramai perbincangan soal kasus penjarahan di Indonesia.

Tak hanya itu, fenomena Eat the Rich juga terinspirasi dari aksi protes Gen Z di Nepal yang berhasil menjungkalkan pemerintahan penuh korupsi.

Dalam media sosial X, akun @barengwa*** membahas isu fenomena Eat the Rich.

"Banyak yang kaget atau tersinggung sama slogan Eat the Rich. Padahal maksudnya bukan benci orang kaya secara personal," tulisnya pada Sabtu (13/9/2025).

Baca juga: Orang-orang Kaya di Malaysia Mulai Beralih ke RS Umum dari RS Swasta, Ada Apa?

Dalam unggahannya, akun tersebut juga menarasikan mereka yang menikmati "kue" ekonomi terbesar justru membayar pajak lebih ringan, sementara rakyat kecil dipaksa menanggung beban lebih berat.

Di tengah rakyat yang terhimpit pajak, PHK, dan harga melambung, para elite justru terus menimbun harta hingga triliunan.

Namun, apa sebenarnya makna di balik istilah Eat the Rich?

Baca juga: 12 Karakter Langka Manusia, Ada Pilih Bahagia Ketimbang Kaya

Apa itu Eat the Rich?

Dilansir dari The Vanderbilt Hustler (14/9/2020), Istilah Eat the Rich kerap dikaitkan dengan pemikir politik Jean Jacques Rousseau yang hidup di masa Revolusi Perancis.

Ia pernah berujar, “Ketika rakyat tak punya apa-apa lagi untuk dimakan, mereka akan memakan orang kaya”.

Yang dimaksud dengan “orang kaya” bukan sekadar hartawan, melainkan siapa pun yang berkuasa.

Pada saat itu, Raja Louis XVI dan para bangsawan hidup mewah, sementara rakyat jelata hanya bisa bertahan dengan roti berjamur.

Ironisnya, 98 persen penduduk Perancis yang masuk kelas terbawah nyaris tak punya suara di pemerintahan.

Setelah bertahun-tahun hidup dalam kelaparan dan dibebani pajak, akhirnya mereka bangkit dan meledak dalam Revolusi 1789.

Ratusan tahun berlalu, frasa ini kembali populer di abad ke-21, terutama di tengah jurang ketimpangan ekonomi yang kian lebar.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |