KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, makan pedas bukan sekadar soal rasa, melainkan pengalaman yang memacu adrenalin.
Bahkan ada orang yang sanggup menyantap sambal dengan puluhan cabai sekaligus, menikmati sensasi terbakar di lidah seperti sebuah tantangan. Rasa pedas justru membuat mereka semakin lahap.
Namun, tidak semua orang bisa menikmatinya. Ada pula yang baru mencicipi satu atau dua cabai saja sudah kepedasan, mulut terasa perih, bahkan perut ikut terganggu.
Perbedaan daya tahan inilah yang membuat pengalaman makan pedas selalu unik. Bagi sebagian orang makan pedas menjadi kenikmatan, sementara bagi yang lain justru jadi siksaan.
Lalu, apa yang membuat sebagian orang tahan pedas dan sebagian lagi tidak?
Baca juga: Kenapa Banyak Orang Suka Makan Makanan Pedas?
Peran reseptor dan genetik
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS dr. Saiful Anwar Malang, Dr. dr. Syifa Mustika, SpPD-KGEH, FINASIM, menjelaskan perbedaan ini berkaitan dengan reseptor saraf di lidah dan saluran cerna.
“Rasa pedas berasal dari zat bernama capsaicin yang menempel pada reseptor saraf. Kepekaan reseptor ini berbeda-beda pada tiap orang,” kata Syifa saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/9/2025).
Menurutnya, sebagian faktor dipengaruhi oleh genetik. Ada orang yang sejak lahir reseptornya sangat sensitif, sehingga sedikit cabai saja sudah terasa seperti terbakar.
Sebaliknya, ada juga yang memang lebih “kebal” terhadap pedas.
Kebiasaan sejak kecil
Selain genetik, kebiasaan juga berperan besar.
Syifa mencontohkan, orang yang sejak kecil terbiasa makan sambal di daerah seperti Jawa, Sumatera, atau Sulawesi biasanya lebih tahan terhadap pedas.
Hal ini karena reseptor saraf yang sering terkena capsaicin lama-kelamaan beradaptasi, sehingga reaksi tubuh terhadap pedas tidak lagi sekuat dulu.
Baca juga: Bolehkah Makan Makanan Pedas Setiap Hari? Kenali Manfaat dan Risikonya
Faktor kesehatan pencernaan
Tak hanya lidah, kondisi pencernaan juga ikut menentukan.
“Seseorang dengan lambung sensitif, punya riwayat maag, asam lambung, atau iritasi usus, biasanya lebih mudah terganggu walau cabainya tidak banyak,” jelas Syifa.
Dengan kata lain, toleransi pedas bukan hanya soal kemampuan lidah, tetapi juga respons lambung dan usus terhadap capsaicin.