JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Asdo Artriviyanto memastikan pelayanannya tetap optimal dan tak berdampak meski kinerja keuangan PT Kereta Api (Persero) tergerus akibat utang kereta cepat Whoosh yang membengkak.
Adapun berdasarkan laporan keuangannya, PT KAI menanggung rugi di PT PSBI sebesar Rp 951,48 miliar atau sesuai dengan porsi jumlah sahamnya di konsorsium BUMN tersebut.
Bahkan pada sepanjang tahun 2024, saat PT PSBI mencatatkan kerugian Rp 4,19 triliun, KAI ikut harus menanggung rugi di anak usahanya itu sebesar Rp 2,24 triliun.
PT KAI sendiri ditunjuk sebagai pemimpin konsorsium, memegang saham terbanyak 58,53 persen di PT PSBI.
“(Kinerja keuangan KAI) enggak ada berdampak ke kita karena memang yang punya utang mereka (KCIC),” ujarnya saat ditemui media di Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Baca juga: KCIC Ungkap Penyebab Kereta Whoosh Sempat Terhenti di KM 133+174
Asdo mengatakan, selama ini pihaknya mayoritas memanfaatkan anggaran dari skema subsidi pemerintah (PSO) yang besaran anggaran PSO-nya bervariasi setiap tahunnya.
Berdasarkan catatan Kompas.com, PSO yang diterima KCI melalui KAI berfluktuasi yakni di tahun 2020 Rp 1,5 triliun, 2021 Rp 2,2 triliun, 2022 Rp 1,6 triliun, 2023 Rp 2,1 triliun, dan 2024 Rp 2,1 triliun.
Hal ini juga diamini oleh Direktur Keuangan KAI Commuter Rahim Ramdhani. Dia bilang sebagian besar layanan operasionalnya didongkrak adanya PSO. Sehingga dia memastikan, apabila keuangan KAI tergerus, layanan KRL mereka tetap optimal.
“Kita selalu disupport sama induk dan juga pemeirntah, kereta-kereta kita hampir 90 persen ke atas itu subsidi. Jadi enggak bakal ada hubungannya dengan utang yang semakin meningkat karena ini memang bagian dari pelayanan publik juga,” katanya.
Baca juga: Proyek IKN dan Whoosh Jadi Contoh Transformasi Digital dan Infrastruktur RI di Belt and Road Summit
Diberitakan sebelumnya, Keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berdarah-darah. Beban berat pembayaran utang plus bunga ke pihak China, ditambah biaya operasional tinggi, membuat perusahaan merugi triliunan.
PT KCIC adalah perusahaan operator Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) alias Whoosh. Praktis, kerugian PT KCIC harus ditanggung empat perusahaan BUMN Indonesia yang terlibat di dalamnya.
Untuk diketahui saja, 4 BUMN Indonesia membentuk konsorsium perusahaan patungan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PT PSBI ini kemudian menjadi pemegang saham mayoritas di PT KCIC.
Sebagian besar pembiayaan proyek KCJB memang bersumber dari pinjaman China Development Bank (CDB). Sementara sisanya ditopang oleh APBN, serta penyertaan modal gabungan antara BUMN Indonesia dan perusahaan asal China yang terlibat dalam pembangunan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini