Klarifikasi Kepsek SMAN 14 Bekasi Usai Diprotes Siswa soal Masjid dan Infak Sukarela

5 days ago 4

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala SMAN 14 Kota Bekasi, Suwono, akhirnya angkat bicara terkait aksi protes siswanya usai upacara bendera pada Senin (8/9/2025).

Protes tersebut menyoroti pembangunan masjid sekolah yang tak kunjung rampung serta permintaan transparansi dana infak.

Suwono menjelaskan, masjid lama yang terletak di halaman belakang sekolah terpaksa dibongkar karena lahannya dipakai untuk pembangunan enam ruang kelas baru.

Baca juga: Siswa SMAN 14 Bekasi Protes soal Pembangunan Masjid Mangkrak sejak 2023

Suwono menjelaskan bahwa sekolah kekurangan ruang kelas. Adapun rencana pembangunan di halaman depan ditolak Dinas Pendidikan Jawa Barat. Saat ini, baru dua kelas yang sedang dikerjakan.

Pihak sekolah akhirnya memanfaatkan area sekitar masjid di bagian belakang untuk membangun ruang kelas baru.

“Ternyata setelah diukur, itu masjidnya kena, jadi mau tidak mau harus dibongkar,” kata Suwono ketika ditemui di sekolah, Kamis (11/9/2025).

Pembangunan masjid terhambat dana

Suwono menjelaskan, pihak sekolah sempat berencana membangun masjid baru di halaman depan. Namun hingga kini, sejak dimulai pada 2023, pembangunan belum rampung karena keterbatasan dana.

“Masalah dana, itu kan sumbangan ya, maksudnya itu sumbangan enggak bisa dari pemerintah. Diperoleh misal dari orangtua atau CSR,” jelasnya.

Baca juga: Perlintasan Kereta di Bulak Kapal Tanpa Palang, Wali Kota Bekasi Bersurat ke KAI

Menurut Suwono, total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid mencapai Rp 4,6 miliar. Namun hingga kini, dana yang terkumpul baru sekitar Rp 300 juta dan hanya cukup untuk membangun pondasi serta tiang.

Sambil menunggu pembangunan selesai, siswa sementara melaksanakan ibadah di kelas masing-masing.

“Kalau anak-anak (beribadah) di kelas, salatnya di kelas bergantian, karena di kelas itu di belakang masih ada space dan setiap anak kan sepatu dan sendalnya tidak boleh masuk kelas, jadi sudah bersih,” tutur Suwono.

Klarifikasi soal infak

Menanggapi tuntutan siswa terkait infak, Suwono menegaskan bahwa iuran tersebut bersifat sukarela, bukan pungutan liar.

"Sehingga tidak dibebankan dan tidak dipatok berapa. Ada yang satu kelas itu Rp 20.000, ada yang Rp 8.000. Bervariasi. Jadi kami selama ini itu adalah menerima sumbangan yang sukarela bukan yang dipaksa,” ujarnya.

Baca juga: Mulai 2026, 10.000 Pekerja Informal Kota Bekasi Dapat BPJS Ketenagakerjaan Gratis

Selain masalah masjid, Suwono mengakui sekolah masih kekurangan ruang belajar. Dengan total 1.380 siswa yang terbagi dalam 30 kelas, pihak sekolah masih membutuhkan enam ruang tambahan.

“Saat ini punya 30 kelas dengan total siswa 1.380. Namun ternyata dibutuhkan lagi enam kelas. Ya, sementara ini kami pakai ruangan aula, ruangan Lab IPA, UKS,” ucapnya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |