Lebihi Batas Aman, Luruhan BPA di Galon Guna Ulang Bahayakan Kesehatan

2 days ago 4

KOMPAS.com – Paparan bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA) secara terus-menerus dalam jangka panjang dapat berdampak serius bagi kesehatan, terutama jika kadarnya melebihi ambang batas aman.

BPA biasa digunakan untuk memproduksi plastik polikarbonat dan resin epoksi. Plastik polikarbonat merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan wadah plastik, seperti galon guna ulang dan kemasan makanan serta kaleng minuman.

Saat tubuh terpapar BPA, kerja sistem endokrin bisa terganggu. Hal ini dapat memicu sejumlah masalah kesehatan, seperti gangguan reproduksi, masalah perkembangan otak pada anak, serta meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.

Risiko pelepasan BPA ke dalam makanan atau minuman semakin tinggi ketika wadah berbahan plastik polikarbonat dipakai berulang kali.

Pakar polimer dari Universitas Indonesia (UI) Profesor Mochamad Chalid mengatakan, pelepasan BPA terjadi akibat peluruhan material plastik saat bersentuhan dengan air pada suhu dan waktu tertentu.

“Proses tersebut berpotensi terjadi selama distribusi galon dari pabrik ke konsumen, terutama karena galon digunakan berulang kali,” ujar Chalid dalam forum “Expert Forum: Urgensi Pelabelan BPA pada Produk Air Minum dalam Kemasan untuk Keamanan Konsumen” di Depok, Jawa Barat (Jabar), Rabu (22/11/2022).

Pernyataan Chalid sejalan dengan temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dilansir dari Kompas.id, Senin (12/9/2022), pemeriksaan BPOM menemukan enam daerah dengan kadar paparan BPA pada galon guna ulang melebihi ambang batas aman 0,06 bagian per sejuta (ppm).

Keenam daerah tersebut adalah Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tengah.

Sejumlah riset internasional juga menemukan luruhan senyawa BPA dari kemasan ke dalam makanan dan minuman.

Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Food Additives and Contaminants (2008) menemukan bahwa BPA dapat luruh dari kemasan ke makanan atau minuman hingga 4,83 nanogram per sentimeter persegi per jam pada suhu 70 derajat Celcius.

Kemudian, Studi Harvard yang dipublikasikan di jurnal Environmental Health Perspectives (2009) mengungkap bahwa penggunaan kemasan polikarbonat selama satu minggu dapat meningkatkan kadar BPA dalam urine hingga 69 persen.

Sementara itu, studi yang dimuat di jurnal Chemosphere (2010) menunjukkan migrasi BPA dari botol bayi polikarbonat meningkat signifikan setelah penggunaan berulang.

Karena berbahaya, European Food Safety Authority (EFSA) memperketat ambang batas paparan harian BPA menjadi hanya 0,2 nanogram per kilogram (kg) berat badan per hari pada 2023. Aturan ini atau 20.000 kali lebih ketat dari standar sebelumnya.

Di Indonesia, BPOM juga sudah mewajibkan pelabelan peringatan luruhan BPA pada kemasan plastik polikarbonat seperti galon guna ulang. Kebijakan ini tertuang dalam Pasal 61A Peraturan BPOM No 6 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan BPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.

Pasal tersebut berbunyi, “Air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan plastik polikarbonat wajib mencantumkan tulisan ‘dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan’ pada label.”

Menurut Chalid, pelabelan tersebut penting dilakukan agar konsumen memahami risiko yang ada dan dapat membuat pilihan yang lebih aman.

Dengan semakin banyak bukti ilmiah dan standar internasional yang semakin ketat, evaluasi ulang terhadap keamanan kemasan BPA mendesak untuk dilakukan.

Langkah pengawasan dan pencegahan yang lebih ketat pun diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari paparan BPA berlebihan.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |