PAMEKASAN, KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, Madura United menjadi sorotan bukan karena prestasi tim. Tetapi kabar seorang pemain muda gagal bergabung dengan Elite Pro Academy (EPA) U20 karena terkendala biaya.
Kisah itu viral di sosial media, memperlihatkan percakapan antara pemain dan pelatih. Dalam percakapan tersebut, si pemain mengaku tidak sanggup membayar Rp 15 juta sehingga diminta mundur.
Cerita ini menimbulkan reaksi beragam. Sebagian menyayangkan ada talenta muda yang terhenti langkahnya hanya karena faktor biaya.
Namun, ada pula yang menilai angka tersebut wajar jika dikaitkan dengan fasilitas yang diberikan klub.
Klarifikasi dari Madura United
Menanggapi polemik yang berkembang, Komisaris PT Polana Bola Madura Bersatu (PBMB), Zia Ul Haq, memberikan penjelasan.
Ia menegaskan bahwa biaya Rp 15 juta itu tidak masuk ke kantong klub, melainkan untuk memenuhi kebutuhan para siswa selama mengikuti kompetisi EPA 2025/2026.
“Itu tidak masuk ke klub. Semua biaya yang ada adalah untuk pelayanan terhadap siswa, termasuk kenyamanan selama mereka menjadi siswa kami di Madura United Football Academy selama mengikuti kompetisi EPA 2025/2026,” ujar pria yang biasa disapa Habib melalui rilis yang diterima Kompas.com.
Menurutnya, hak dan kewajiban siswa di Akademi Madura United telah terjamin, termasuk asuransi kesehatan.
Jika ada siswa yang mengalami cedera, maka penanganannya akan menjadi tanggung jawab penuh klub.
“Hak dan kewajiban setiap siswa Akademi Madura United sudah terjamin asuransinya. Apabila siswa mengalami cedera, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab dari klub."
"Selain itu, kami menyediakan sekolah sepak bola di mess yang akan dibimbing langsung oleh pelatih berwawasan luas tentang sepak bola,” imbuhnya.
Bukan sekadar latihan sepak bola
Ia juga menekankan bahwa Akademi Madura United ini tidak hanya fokus pada peningkatan kemampuan teknis di lapangan. Klub ingin para siswa juga dibekali wawasan luas mengenai dunia sepak bola.
Baca juga: Fathurrohman, Suporter Madura United yang Setia Hadir dengan Dandanan Pocong
“Jadi, siswa tidak hanya diasah kemampuannya dalam bermain sepak bola saja, namun juga kemampuan berpikir pada dunia sepak bola yang sangat luas,” kata Zia Ul Haq.