Melihat Manfaat Kulit Batang Sagu, Dibuat Menjadi Briket Arang di Kampung Abar Jayapura

3 days ago 3

JAYAPURA, KOMPAS.com - Warga Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua, menemukan cara inovatif memanfaatkan limbah sagu sebagai sumber energi terbarukan.

Selama ini, dalam proses pengolahan batang pohon sagu menjadi tepung, ampas dan kulit batang sagu sering kali dibuang begitu saja.

Menurut Hari Suroto, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kulit batang pohon sagu yang tebal dan keras sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar.

"Selama ini, masyarakat di Kampung Abar jarang menggunakan kulit batang sagu sebagai kayu bakar di dapur karena dianggap kurang praktis dan panas yang dihasilkan tidak maksimal," ujarnya dalam keterangan kepada Kompas.com, Kamis (11/9/2025).

Baca juga: Resep Kapurung Ayam, Kuliner Berbahan Sagu Khas Sulawesi

Namun, warga Abar mulai memanfaatkan kulit batang pohon sagu dengan cara mengolahnya menjadi briket arang.

"Ternyata, setelah kulit batang sagu dijadikan briket arang, hasilnya sangat luar biasa. Menghasilkan api berwarna biru dan mampu bertahan selama tujuh jam," tambah Suroto.

Proses pembuatan briket arang

Suroto menjelaskan bahwa proses pembuatan briket arang oleh warga Abar dimulai dengan membakar kulit pohon sagu yang telah kering di tempat terbuka.

Setelah arang terbakar merah, arang tersebut disiram air sehingga yang tersisa hanyalah arang.

Arang yang sudah jadi kemudian ditumbuk halus dan dicampur dengan tepung tapioka, sebelum dicetak dan dipadatkan menjadi briket.

Briket arang dari kulit pohon sagu ini sangat cocok digunakan dalam tungku tanah liat, yang merupakan peralatan dapur tradisional yang telah lama dibuat oleh masyarakat Abar.

"Sebelum ada briket arang ini, mereka telah membuat tungku masak dari tanah liat, namun hanya untuk kayu bakar."

Baca juga: Bupati SBT: Sagu Identitas Maluku, Harus Jadi Brand Unggulan Daerah

"Kini, mereka mengkreasikan tungku tanah liat yang sudah ada untuk memasak menggunakan briket arang kulit pohon sagu," ujarnya.

Suroto juga menekankan bahwa prestasi masyarakat Abar ini patut dicontoh oleh masyarakat Papua lainnya, terutama di daerah yang banyak terdapat pohon sagu.

Tentang Kampung Abar

Kampung Abar terletak di tepi Danau Sentani bagian selatan dan dikenal sebagai penghasil gerabah tradisional.

Setiap bulan September, kampung ini menyelenggarakan festival makan papeda dalam gerabah.

Kampung Abar dapat dicapai dalam waktu sekitar 20 menit dari Bandara Sentani, dengan perjalanan darat selama 10 menit ke Dermaga Yahim, dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan perahu.

"Biaya sewa mobil dari Bandara Sentani ke Dermaga Yahim adalah Rp 50 ribu, ongkos naik perahu Rp 10 ribu. Danau Sentani membatasi kampung ini dengan ibu kota kabupaten," tutup Suroto.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |