NASA Larang Warga Negara China Akses Fasilitasnya, Persaingan Antariksa Memanas

2 days ago 6

KOMPAS.com – Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) resmi melarang warga negara China, meski memegang visa sah AS, untuk mengakses fasilitas, sistem, dan jaringan internal mereka. 

Kebijakan ini menambah tegangnya persaingan ruang angkasa antara China dan AS, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, sebagaimana dilansir BBC, Kamis (11/9/2025).

Bloomberg melaporkan, sejumlah peneliti dan kontraktor asal China mendapati pada 5 September lalu bahwa akses mereka ke data, rapat, serta fasilitas NASA mendadak ditutup. 

Baca juga: Saat Anak Magang NASA Curi Batu Bulan Rp 339 M bareng Selingkuhannya...

Mereka tidak lagi dapat mengikuti pertemuan, baik secara langsung maupun virtual. NASA kemudian mengonfirmasi langkah tersebut. 

"Warga negara China akan dibatasi dalam menggunakan fasilitas, material, dan jaringan kami demi memastikan keamanan pekerjaan kami," kata juru bicara NASA Bethany Stevens kepada media.

Langkah ini semakin mempertegas penurunan kerja sama ilmiah AS-China yang sudah berlangsung sejak Washington melarang NASA berbagi data dengan Beijing. 

Astronaut China bahkan tak pernah diizinkan bergabung di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca juga: NASA Akan Bangun Reaktor Nuklir di Bulan pada 2030

Persaingan ke Bulan

NASA menilai ambisi luar angkasa Beijing sebagai ancaman strategis. 

"Kita sedang berada di perlombaan antariksa kedua saat ini. China ingin kembali ke Bulan sebelum kita. Itu tidak akan terjadi," ujar Penjabat Administrator NASA Sean Duffy dalam konferensi pers, Rabu (10/9/2025).

China sendiri secara terbuka menyebut program luar angkasanya sebagai misi kolektif untuk umat manusia. 

Direktur Biro Teknologi Umum Badan Antariksa Berawak China tahun lalu menilai, kekhawatiran AS tersebut sebagai hal yang tidak perlu.

Namun, kecurigaan kedua belah pihak kian menguat. Beberapa mahasiswa China di bidang sains dan teknologi dilaporkan kesulitan memperoleh visa, bahkan ada yang ditolak masuk ke AS meski sudah mengantongi izin. 

Di sisi lain, sejumlah kasus dugaan spionase oleh peneliti asal China membuat otoritas Amerika lebih waspada.

Baca juga: NASA Percepat Bangun Reaktor Nuklir di Bulan pada 2030

Perebutan sumber daya

Bagi Washington, pertarungan dengan Beijing bukan sekadar soal siapa lebih dulu menjejakkan kaki di Bulan. Taruhannya adalah kendali atas sumber daya di satelit alami Bumi tersebut.

Bulan diketahui mengandung berbagai mineral dan logam logam seperti besi dan titanium, hingga helium yang berharga tinggi. 

Unsur-unsur ini sangat dibutuhkan untuk industri teknologi, mulai dari superkonduktor hingga peralatan medis.

Senator Republik Ted Cruz dalam sidang Senat pekan lalu menyampaikan, China tidak menyembunyikan tujuannya.

"Jika lawan kita menguasai kemampuan ruang angkasa, risikonya sangat besar bagi Amerika. taruhannya tidak bisa lebih tinggi lagi," paparnya.

Baca juga: Langka, Pimpinan NASA dan Badan Antariksa Rusia Roscosmos Bertemu

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |