TEL AVIV, KOMPAS.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menutup kemungkinan adanya serangan lanjutan terhadap para pemimpin Hamas di luar negeri, menyusul serangan pekan lalu di Qatar.
“Tidak ada kekebalan bagi mereka di mana pun mereka berada,” kata Netanyahu dalam konferensi pers di Yerusalem bersama Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio, Senin (15/9/2025).
Netanyahu menegaskan bahwa setiap negara memiliki hak membela diri di luar perbatasannya.
Baca juga: Ini Pernyataan Para Pemimpin di KTT Doha, Mulai Qatar, Mesir, hingga Indonesia
Israel sebelumnya mengeklaim bertanggung jawab penuh atas serangan di Qatar, meski menimbulkan kemarahan internasional dan kritik dari Presiden AS Donald Trump.
“Kami melakukannya sendiri. Titik,” ujar Netanyahu saat ditanya apakah AS terlibat dalam serangan tersebut.
AS-Israel tunjukkan kesatuan
Dalam konferensi pers yang sama, Rubio menepis anggapan bahwa serangan Israel ke Qatar merusak hubungan AS dengan negara-negara Teluk.
“Washington mempertahankan hubungan yang kuat dengan sekutu Teluk kami,” katanya.
Meski ada ketegangan, keduanya tetap menampilkan kesatuan sikap. Rubio memuji hubungan teknologi dan budaya AS-Israel, sementara Netanyahu menegaskan bahwa negaranya tidak memiliki sekutu yang lebih baik daripada AS.
Pertemuan Netanyahu dan Rubio berlangsung saat para pemimpin Arab menggelar KTT darurat untuk menunjukkan dukungan terhadap Qatar. Perdana Menteri Qatar menyerukan masyarakat internasional agar menghentikan “standar ganda” dan menghukum Israel.
Baca juga: 50.000 Orang Demo di Turkiye, CHP Tolak Sidang Pengadilan yang Dinilai Kudeta
Janji Trump kepada Qatar
Gedung Putih sebelumnya menyatakan bahwa Presiden Trump telah meyakinkan Qatar bahwa serangan semacam itu tidak akan terulang di wilayah mereka.
Namun, ketika ditanya langsung oleh wartawan, Trump hanya menegaskan dua kali bahwa Netanyahu tidak akan menyerang Qatar lagi.
Qatar diketahui menjadi tuan rumah pangkalan udara utama AS dan sejak 2012 juga menampung biro politik Hamas. Negara itu berperan sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Situasi di Gaza memanas
Sementara itu, Israel terus meningkatkan operasi militernya di Gaza. Menurut media lokal, militer Israel tengah mempersiapkan operasi darat di wilayah barat Kota Gaza, setelah sebelumnya meratakan sejumlah bangunan perumahan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan penduduk Kota Gaza untuk mengungsi ke selatan. Diperkirakan sekitar 250.000 warga Palestina telah meninggalkan kota, meski ratusan ribu lainnya masih bertahan.
Banyak warga mengaku tidak mampu pindah ke selatan karena biaya transportasi yang tinggi maupun kondisi yang juga tidak aman.