JENEWA, KOMPAS.com - Seorang pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut perang Israel di Gaza sebagai perang paling mematikan bagi pekerja media.
Melansir AFP pada Selasa (16/9/2025), Irene Khan, Pelapor Khusus PBB untuk hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, menuduh Israel sengaja menargetkan jurnalis dalam upaya menutupi “genosida” di Gaza.
“Cara jurnalis dibunuh, dibungkam…adalah upaya menutupi genosida,” kata Khan dalam konferensi pers di Jenewa, Senin (15/9/2025).
Menurut data PBB, sedikitnya 252 jurnalis Palestina tewas sejak perang pecah usai serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Lebih banyak dari perang besar dunia
Khan menegaskan angka itu menjadikan konflik di Gaza sebagai “perang paling mematikan sepanjang sejarah bagi jurnalis”.
“Jumlah tersebut tentu saja kemungkinan akan terus bertambah, karena setiap minggu kami mendengar kabar lebih banyak pembunuhan,” ujarnya.
Ia bahkan menyebut lebih banyak jurnalis tewas di Gaza dibandingkan gabungan korban jurnalis pada Perang Dunia I dan II, Perang Vietnam, perang di Yugoslavia, serta perang di Afghanistan.
Sebagai perbandingan, Khan menyebut hanya 14 jurnalis yang terbunuh di Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022, sementara dalam konflik dua dekade di Afghanistan jumlahnya berada pada “puluhan”.
Baca juga: Rombongan Indonesia Putuskan Mundur dari Flotilla Bantuan ke Gaza
Jurnalis sengaja jadi target militer Israel
Khan, yang merupakan pakar independen dengan mandat dari Dewan HAM PBB, menegaskan bahwa banyak jurnalis yang terbunuh di Gaza telah “ditargetkan”.
Mereka, lanjutnya, “dengan sengaja dipilih dan dibunuh karena pekerjaan yang mereka lakukan untuk mengungkap kekejaman, kejahatan, dan genosida di lapangan”.
Khan juga mengecam “kampanye fitnah” Israel, yang menuduh jurnalis korban sebagai “pendukung teroris atau teroris itu sendiri” untuk mendiskreditkan pekerjaan mereka.
“Jadi ini bukan hanya soal membunuh jurnalis, tetapi upaya yang sangat jelas untuk membunuh berita itu sendiri,” tegasnya.
Selain jumlah korban, Khan menyoroti sikap Israel yang terus menolak akses jurnalis internasional ke Gaza.
“Apa yang terjadi di Gaza sangatlah tidak biasa,” katanya.
“Saya tidak bisa mengingat situasi lain di mana sebuah negara anggota PBB menolak akses bagi media internasional independen untuk meliput konflik,” terangnya.
Ia menyebut situasi ini sebagai “preseden buruk” bagi kebebasan pers.
“Negara-negara harus menghentikan Israel sebelum semua jurnalis di Gaza dibungkam,” tandas Khan.
Baca juga: Keluarga Sandera: Netanyahu Satu-satunya Hambatan Akhiri Perang Gaza
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini