NGAWI, KOMPAS.com - Petani tembakau di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menjerit. Lahan tembakau seluas 500 hektar gagal panen akibat cuaca ekstrem yang terjadi saat musim tanam.
Tak hanya itu, harga tembakau kering rajang anjlok hingga menyentuh harga Rp 20.000 dari normal Rp 50.000 per kilogram.
Jeritan para petani itu disampaikan Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Ngawi, Sojo yang dikonfirmasi Kamis (11/9/2025). Ia menyatakan, dari 1.500 hektar lahan petani yang ditanami tembakau, 500 hektar di antaranya gagal panen.
Baca juga: Percikan Api Sambar Kayu dan Terpal, Gudang Tembakau di Wonosobo Terbakar
Sojo menyebut, cuaca ekstrem berupa kemarau basah yang terjadi pada saat musim tanam menyebabkan banyaknya tanaman tembakau milik petani mati.
“Awal musim tanam bulan Juni - Juli lalu, banyak lahan yang rusak akibat hujan. Akibatnya hanya 1.000 hektare yang berhasil dipanen. Sementara 500 hektare gagal panen dan langsung ditanami padi,” jelas Sojo.
Sojo menyatakan, petani tembakau di Kabupaten Ngawi tidak hanya didera masalah gagal panen saja. Hasil panen tahun ini jauh dari kondisi normal.
Untuk kondisi normal, kata Sojo, produktivitas tembakau Ngawi bisa mencapai 1,8 ton per hektare. Namun, tahun ini produksivitasnya turun hingga mendekati 50 persen.
“Kalau produksinya bisa 1 ton saja per hektar, itu sudah bagus. Kondisi itu terjadi karena cuaca kemarau basah membuat rendemen tembakau rendah. Sementara untuk menanam tembakau dibutuhkan cuaca yang panas terus,” jelas Sojo.
Tak berhenti di situ, harga jual tembakau juga mulai mengalami penurunan tajam. Saat ini harga tembakau kering rajang hanya berkisar Rp 20.000 - Rp 40.000 per kilogram.
Padahal, beberapa waktu lalu harga tembakau rajang kering mendekati Rp 50.000 per kilogram. Anjloknya harga tembakau rajang kering dipicu keuangan pabrik rokok yang tidak stabil.
"Banyak yang memilih berhenti membeli tembakau kering karena tidak mau ambil risiko. Apalagi saat ini banyak pabrik rokok yang keuangannya tidak stabil. Selain itu ada fakta pabrik setingkat gudang garam mem-PHK banyak karyawannya,” demikian Sojo.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini