JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat komunikasi politik dari The London School of Public Relations (LSPR) Ari Junaedi menilai, Presiden Prabowo Subianto mesti menunjuk sosok Menteri Koordinator Bidng Politik dan Keamanan (Menko Polkam) yang tidak alergi dengan kritik.
Menurut Ari, kompleksitas persoalan nasional maupun global saat ini menuntut sosok Menko Polkam yang terbiasa dengan dinamika publik, mampu mendengar kritik, serta menjunjung tinggi nilai demokrasi.
"Calon Menko Polkam yang baru harus terbiasa dengan diskursus publik, tidak kaku, dan mau mendengar masukan dari berbagai kalangan. Tidak alergi dengan kritik, pro-demokrasi, serta bisa bekerja sama dengan Presiden dan jajaran menteri yang berada di lingkup koordinatifnya," kata Ari kepada Kompas.com, Selasa (16/9/2025).
Baca juga: Siapa Bakal Jadi Menko Polkam? Kepala Bappisus Sebut Mensesneg yang Umumkan
Ari pun berpandangan, posisi Menko Polkam hendaknya tidak diisi oleh sosok dengan latar belakng polisi bila berkaca dari kompleksitas masalah yang ada.
Menurut dia, latar belakang militer dinilai lebih sesuai dengan tantangan Menko Polkam.
Ari menyebutkan, ada sejumlah purnawirawan yang berpotensi mengisi pos Menko Polkam, antara lain, anggota DPR TB Hasanuddin, Penasihat Khusus Presiden Bidang Urusan Pertahanan Nasional Dudung Abdurachman, dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Baca juga: Posisi Menko Polkam dan Menpora Kosong, Bakal Dilantik Besok?
Meski demikian, Ari menilai TB Hasanuddin memiliki hambatan karena berasal dari PDI-P yang selama ini berseberangan dengan koalisi pengusung Prabowo, berbeda dengan Dudung dan Sjafrie yang saat ini duduk di pemerintahan.
“Andai dua nama (Dudung dan Sjafrie) ini dianggap head to head, maka nama Sjafrie yang lebih berpeluang besar mengisi pos Menko Polkam mengingat 'jam terbang'-nya yang lebih banyak ketimbang Dudung," tutur dia.
Seperti diketahui, posisi Menko Polkam saat ini dijabat oleh Sjafrie sebagai Menko Polkam ad interim setelah Prabowo mencopot Budi Gunawan dari posisi Menko Polkam pada Senin (8/9/2025) lalu.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini