Profil Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo yang Mundur dari DPR Buntut Ucapan di Podcast

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi VII Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menyatakan mundur dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Keputusan Rahayu Saraswati mundur disampaikan melalui akun Instagram pribadinya @rahayusaraswati, Rabu (10/9/2025) malam.

Dalam video yang ia unggah, Rahayu menyampaikan alasan di balik pengunduran dirinya dari Senayan.

Keponakan Presiden Prabowo Subianto tersebut mengatakan, ada perkataannya yang menyakiti hati rakyat dalam Podcast On The Record di Antara TV.

Rahayu berbincang selama 42 menit dalam siniar tersebut sambil membahas berbagai isu mulai dari ekonomi kreatif hingga perempuan.

Ia menyebutkan, ada dua menit lebih bagian video siniar yang dipotong lalu dijadikan beberapa kalimat oleh pihak tertentu untuk memicu kemarahan publik.

Potongan video siniar ANTARA TV kemudian diunggah sejumlah pihak di media sosial.

“Dengan ini, saya menyatakan pengunduran diri saya sebagai Anggota DPR RI kepada Fraksi Partai Gerindra,” ujar Rahayu.

Baca juga: Mengenal Sosok Rahayu Saraswati, Ponakan Prabowo yang Jadi Wakil Ketua Umum Gerindra

Profil Rahayu Saraswati

Dikutip dari laman resmi DPR, Rahayu merupakan anggota DPR dari Fraksi Gerindra.

Ia terpilih sebagai anggota Dewan melalui daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta III.

Berdasarkan riwayat pendidikannya, Rahayu pernah bersekolah di SD Tarakanita, Uwcsea Singapore, dan College Du Leman International School.

Rahayu melanjutkan studinya ke Purdue University School pada 2021. Ia meraih gelar Bachelor of Science dari universitas ini.

Rahayu juga pernah menempuh studi di Post Graduate International School of Screen Acting pada 2006.

Baca juga: Berapa Gaji DPR RI Usai Tunjangan DIhapus-Dipangkas? Ini Rinciannya

Perjalanan karier Rahayu Saraswati

Mengutip laman resmi MPR, Rahayu pernah menjabat sebagai Direktur dan Komisaris PT Arsari Duta Semesta pada 2008.

Perjalanan kariernya berlanjut sebagai Direktur PT Media Desa Indonesia dan Direktur PT Arsari Media Internasional pada 2009.