JAKARTA, KOMPAS.com - Rombongan Global Peace Convoy (GPC) Indonesia memutuskan mundur dari Global Sumud Flotilla (GSF), misi maritim internasional untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Keputusan itu diambil setelah menghadapi persoalan teknis di Tunisia, tempat para peserta flotilla berkumpul sejak 31 Agustus 2025.
Selain itu, sebagai langkah strategis untuk lebih menjamin kesuksesan misi GSF yang terus diperjuangkan bersama.
Baca juga: Marco Rubio Tiba di Israel, Serangan Udara Gaza Tewaskan Belasan Warga Palestina
Alasan aktivis Indonesia mundur
Menurut Steering Committee Global Sumud Flotilla (SC GSF), jumlah kapal yang siap berlayar berkurang signifikan akibat kerusakan teknis dan cuaca ekstrem.
Kondisi tersebut membuat sebagian peserta harus dikurangi sesuai dengan ketersediaan kapal yang layak.
Dalam situasi ini, GPC Indonesia memilih untuk menyerahkan jatah 30 kursi delegasinya kepada peserta internasional lain.
“Delegasi Indonesia menjadi contoh yang sangat baik tentang pemahaman masyarakat terhadap misi,” tulis Melanie Schweizer dalam pernyataan SC GSF di kanal resmi Signal yang dikutip dari rilis GPC Indonesia, Jumat (12/9/2025).
“Mereka memberikan kontribusi finansial yang besar dan berkampanye di dalam dan luar negeri untuk menyukseskannya dan menyumbangkan 30 kursi mereka untuk memberi tempat bagi yang lain,” lanjutnya.
Meski mundur dari pelayaran menuju Gaza, GPC Indonesia tetap memberi kontribusi penting bagi flotilla.
Baca juga: Keluarga Sandera: Netanyahu Satu-satunya Hambatan Akhiri Perang Gaza
Selain mengirimkan 30 aktivis yang telah menjalani pelatihan, Indonesia juga menyumbang lima kapal untuk memperkuat armada serta menyediakan akomodasi bagi peserta internasional.
Dalam pernyataan resminya, GPC Indonesia menegaskan misi mereka sejak awal adalah menembus blokade Gaza dan membuka jalur kemanusiaan, sekaligus menggugah kesadaran dunia tentang genosida di Palestina.
Dengan masifnya keterlibatan internasional dalam flotilla, GPC Indonesia menilai tujuan kedua untuk menggugah kesadaran global sudah tercapai.
“Perjuangan membuka blokade Gaza adalah perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran, strategi, dan kolaborasi berkelanjutan,” tulis GPC Indonesia.
Tim Indonesia kini kembali ke Tanah Air untuk menyiapkan langkah berikutnya secara lebih terencana.
Dalam keterangannya tertulisnya, mereka juga menyampaikan apresiasi kepada Kedutaan Besar RI di Tunisia serta dukungan masyarakat Indonesia dalam misi kemanusiaan ini.
“Tidak ada kemerdekaan bagi dunia sebelum Palestina merdeka,” tutup GPC Indonesia dalam pernyataannya.
Baca juga: Kapal Global Sumud Flotilla Tujuan Gaza Kembali Diserang, 2 Kali dalam Dua Hari
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini