Saham BBCA Terkoreksi, Bagaimana Prospeknya?

4 days ago 4

JAKARTA, KOMPAS.com – Saham perbankan menjadi sorotan karena mengalami penurunan signifikan, termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Emiten perbankan milik Grup Djarum dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini terkoreksi 22,2 persen sepanjang tahun 2025.

Koreksi harga saham BBCA terjadi seiring dengan kondisi pasar modal yang sedang tertekan. Meski demikian, sejumlah analis menilai penurunan ini justru membuat valuasi BBCA relatif terdiskon di tengah fundamental kinerja yang masih solid.

Head of Research MNC Sekuritas, Victoria Venny, menilai bahwa pelemahan saham BBCA hanya bersifat sementara. Ia menyebut, dengan koreksi yang terjadi justru menunjukkan bahwa saham BBCA saat ini cenderung undervalued.

Baca juga: Saham Bank Besar Rontok, Dana Investor Asing Kabur Setelah Presiden Reshuffle Menteri

“Kalau dilihat secara valuasi historis, maka BBCA sudah relatively terdiskon. Sementara dari sisi kinerja di sepanjang semester I 2025 tetap solid. Ini sentimen temporer dan faktor rotasi sektor saja. Dalam waktu dekat ketika pasar sudah membaik, valuasi saham BBCA juga akan rebound,” sebut dia dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).

Sepanjang Januari–Juni 2025, BBCA menyalurkan kredit sebesar Rp 959 triliun, tumbuh 12,9 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini bahkan lebih tinggi dari industri perbankan nasional yang menurut data Bank Indonesia hanya naik 7,3 persen yoy.

Dari sisi profitabilitas, BBCA mencatat laba bersih Rp 29 triliun atau naik 8,0 persen yoy. Pencapaian ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 7,0 persen yoy menjadi Rp 42,5 triliun dan pendapatan non-bunga yang naik 10,6 persen yoy menjadi Rp 13,7 triliun.

“Di saat beberapa bank menghadapi tantangan likuiditas, BBCA berhasil menjaga rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) harian pada kisaran 78,9 persen. Likuiditas ini memberikan fleksibilitas untuk tetap ekspansif, namun dengan tetap menjunjung prinsip kehati-hatian agar kualitas aset terjaga,” kata Venny.

Venny juga menyoroti efisiensi biaya yang menjadi keunggulan BBCA. Cost to Income Ratio (CIR) turun menjadi 29,1 persen pada semester I 2025 dari 30,5 persen pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini membuat laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) naik 9,1 persen yoy menjadi Rp 37,6 triliun.

“Beban operasional tumbuh hanya 5,3 persen, jauh lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan. Ini menunjukkan manajemen mampu mengendalikan biaya di tengah ekspansi bisnis,” tambahnya.

Sementara itu, basis pendanaan BBCA tetap solid. Dana pihak ketiga tumbuh 6 persen yoy, didorong oleh giro yang naik 9 persen yoy dan tabungan 6 persen. Porsi dana murah atau CASA mencapai 82,5 persen dari total dana pihak ketiga, jauh di atas rata-rata industri.

“CASA yang kuat memberikan buffer bagi NIM, sementara bauran kredit yang semakin sehat akan mendukung pertumbuhan laba,” ujar Venny.

Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella Siahaan, CFA, juga menilai kinerja BBCA tetap kuat dengan marjin yang solid berkat dana murah, LDR yang ekspansif, dan perbaikan bauran kredit.

Dari sisi pendanaan, pertumbuhan dana pihak ketiga tetap stabil di level 6 persen YoY, didorong oleh giro dan tabungan, sementara deposito berjangka menurun 1 persen YoY.

"Kondisi ini mendorong peningkatan rasio CASA menjadi 82,5 persen. LDR bank meningkat menjadi 78 persen, yang turut memberikan dukungan pada NIM, seiring dengan perbaikan imbal hasil aset yang didorong oleh kontribusi kredit yang lebih besar dibandingkan surat berharga,” tulisnya dalam riset.

Meski harga saham BBCA masih terkoreksi dibanding awal tahun, konsensus analis Bloomberg tetap merekomendasikan Buy untuk saham ini. Sebanyak 34 analis memberikan rekomendasi beli, hanya 3 analis yang merekomendasikan hold. Target harga rata-rata saham BBCA dipatok di level Rp 10.824 per saham.

Adapun konsensus analis juga memperkirakan laba bersih BBCA pada 2025 bisa mencapai Rp 58 triliun. Dengan capaian laba bersih semester I sebesar Rp 29 triliun, kinerja BBCA dinilai sudah in-line dengan estimasi tahunan.

Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.

Baca juga: IHSG Ditutup Turun 1,78 Persen di Hari Sertijab Menkeu, Rupiah Melemah Dekati Level 16.500

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |