DOHA, KOMPAS.com - Serangan Israel di Qatar yang menargetkan pemimpin Hamas pada Selasa (9/9/2025) memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan perundingan gencatan senjata Israel-Hamas dalam perang di Gaza.
Ketika serangan terjadi, Hamas tengah melakukan pertemuan dengan pemerintah Qatar di Doha, membahas proposal Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata Israel-Hamas dalam perang di Gaza.
Di tengah percakapan itu, dentuman ledakan terdengar di Ibu Kota Qatar, tepatnya di kawasan pemukiman mewah West Bay Lagoon, yang menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar menampung beberapa anggota biro politik Hamas.
Baca juga: Qatar Desak Hamas Terima Proposal AS demi Gencatan Senjata Palestina-Israel
Para pemimpin Hamas secara terbuka telah menjadikan Ibu Kota Qatar sebagai markas mereka di luar negeri selama bertahun-tahun.
Meski begitu, serangan militer Israel di Qatar pada Selasa tampaknya menjadi kali pertama.
Salah satu target utama serangan itu adalah kepala negosiator Hamas Khalil Al-Hayya, yang berhasil selamat.
Apa arti serangan Israel bagi perundingan gencatan senjata?
Melansir CNN pada Rabu (10/9/2025), beberapa sumber menilai serangan Israel itu mengancam tercapainya kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza.
Seorang diplomat senior Qatar, Hamad Al-Muftah, mengatakan bahwa serangan itu “jelas dirancang untuk merusak negosiasi perdamaian” di wilayah Gaza.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani mengatakan serangan Israel telah mengubah peta pembicaraan gencatan senjata saat ini.
“Saya tidak akan terkejut, jika ini membuat mediasi terhenti,” kata Hasan Alhasan, peneliti senior Kebijakan Timur Tengah di International Institute for Strategic Studies (IISS) kepada CNN.
Baca juga: Trump Tak Restui Serangan Israel di Doha, Sebut Qatar Sahabat AS
Hamas mengatakan bahwa serangan itu tidak akan mengubah tuntutannya untuk kesepakatan gencatan senjata.
Akhir pekan ini, AS mengajukan kerangka gencatan senjata baru, yang telah diterima Israel.
Hostages and Missing Families Forum mengatakan anggota keluarga mengikuti perkembangan di Doha “dengan keprihatinan mendalam dan kecemasan berat.”
Seorang ibu dari sandera Israel mengatakan serangan itu bisa menjadi vonis mati bagi putranya.
Sementara itu, presiden AS Donald Trump yang berperan sebagai mediator gencatan senjata tidak secara tegas mengutuk serangan Israel di Qatar, sekutu penting negara adidaya ini.
Gedung Putih berdalih terlambat mengetahui rencana militer Israel melancarkan serangan itu.
“Saya tidak senang dengan seluruh situasi ini. Ini bukan situasi yang baik. Namun, saya akan katakan ini, kami ingin para sandera kembali, tetapi kami tidak senang dengan hal ini terjadi,” kata Trump kepada wartawan Selasa malam waktu setempat di luar Joe’s Seafood, Prime Steak & Stone Crab di Washington DC.
Baca juga: Qatar Protes AS Telat Beritahu Serangan Israel, Baru Ditelepon Saat Ledakan di Doha
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini