JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat kesehatan keuangan masyarakat Indonesia pada 2025 mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak 2021.
Hal ini terefleksikan dalam skor Financial Fitness Index (FFI) 2025 dari riset yang dilakukan PT Bank OCBC NISP Tbk dan NielsenIQ (NIQ) Indonesia.
Marketing Communication Division Head OCBC Jeannette Erena Kristy Tampi mengatakan, skor FFI 2025 tercatat di angka 40,60 atau turun tipis dari skor FFI tahun lalu sebesar 41,25.
Sejak riset ini pertama kali dilakukan pada 2021, ini menjadi penurunan skor FFI pertama dimana pada 2021 skornyaa sebesar 37,72 lalu naik menjadi 40,06, 41,16, dan 41,25 selama 2022-2024.
"Angka ini setelah 5 tahun pengukuran baru pertama kalinya ini sedikit turun. Walaupun ini enggak signifikan, tapi tetep alarming lah buat kita semua," ujarnya saat konferensi pers di Senayan City, Jakarta, Jumat (12/9/2025) malam.
Baca juga: Simak 5 Jenis Kejahatan Siber Sektor Keuangan, Awas Bisa Kuras Tabungan Anda!
Turunnya skor FFI 2025 ini dipicu oleh beberapa faktor seperti hanya 89 persen responden yang menabung secara rutin atau turun dari 92 persen pada tahun lalu.
Kemudian pada tahun ini hanya 19 persen masyarakat yang memiliki dana darurat jika kehilangan pekerjaan, turun dari 25 persen pada tahun lalu.
Selanjutnya, kemampuan masyarakat dalam mengelola utang tanpa jaminan dengan baik juga mengalami penurunan dari skor 97,28 pada tahun lalu menjadi ke 93,97 pada tahun ini.
"Indikator penilaiannya basic, safetym growth, sama financial freedom dan mungkin memang yang sulit adalah yang growth dan safety," ucapnya.
Baca juga: Fenomena Makan Tabungan, Konsumsi Naik atau Pendapatan Turun?
Marketing Communication Division Head OCBC Jeannette Erena Kristy Tampi menilai, penurunan skor FFI ini menjadi peringatan bahwa di situasi ekonomi seperti apapun, masyarakat perlu mempertahankan kebiasaan finansial yang baik seperti melakukan smart spending dan smart savings di kehidupan sehari-hari.
Caranya dengan melakukan literasi keuangan yang tepat dan disiplin sederhana seperti menabung rutin dan mencatat pengeluaran, menyiapkan dana darurat, bijak kelola utang, dan melihat peluang investasi.
"Mungkin satu yang paling membuat agak lebih concern adalah dana darurat. Karena kalau in this economy dimana mungkin keadaan tidak menentu, situasi menantang, justru yang harusnya paling pertama kita punya adalah dana darurat. Tapi ini angkanya malah turun," kata Jeannette.
Baca juga: Tabungan Orang Kaya Tembus Rp 5.112 Triliun, Naik Pesat Ketimbang Tabungan Kelas Menengah
Kendati demikian, dia masih tetap optimistis angka ini akan mengalami kenaikan ke depannya.
Sebab dia melihat pada saat pandemi Covid-19, skor FFI mencatatkan kenaikan pada 2021 dan 2022. Pada masa krisis tersebut masyarakat justru banyak yang semakin menyadari pentingnya mengelola kesehatan keuangan.
"Harusnya bisa lebih baik lagi karena kita udah pernah lho angkanya lebih bagus dari tahun ini. Kita optimistis ya. Bisa tahun depan harusnya mungkin lebih baik lagi," tuturnya.
Riset ini juga mengungkapkan, di sisi demografi, kelompok berpenghasilan di atas Rp 40 juta justru mencatat peningkatan skor ke 59,95, naik dari 58,72 tahun lalu. Perolehan skor ini memperlihatkan resiliensi mereka.
Namun, kelompok middle income dengan penghasilan Rp 8-15 juta mengalami penurunan ke 44,15, dan kelompok Rp 5-8 juta turun ke 36,76.
Tekanan keuangan juga paling terasa di usia 25–29 tahun baik yang belum ataupun sudah menikah, dengan skor 39,00, turun dari 40,27.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini