Soroti Banjir di Bali, Ari Dwipayana: Saatnya Gubernur dan Bupati Mulat Sarira, Evaluasi Kebijakan

3 days ago 5

DENPASAR, KOMPAS.com – Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud dan Dosen FISIPOL UGM, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana turut menyoroti banjir ekstrem yang melanda Bali.

Banjir pada Rabu (10/9/2025) telah membuat puluhan titik lumpuh, terutama di kawasan Denpasar.

Ari Dwipayana yang pernah selama 10 tahun menjadi Koordinator Staf Khusus Presiden ini menilai, kini saatnya gubernur dan bupati mulat sarira, yakni melakukan evaluasi terhadap apa yang dikerjakan selama ini.

"Kebijakan tata ruang, kebijakan perizinan di area resapan air, dan kebijakan di Daerah Aliran Sungai. Evaluasi itu penting agar kerusakan ekologis tidak berjalan masif," ungkapnya kepada Kompas.com, Rabu (10/9/2025) malam.

"Nangun Sad Kerti Loka Bali jangan hanya slogan saja, tanpa tindakan nyata," kata dia.

Baca juga: Sumbang 44 Persen Devisa Nasional, Koster: Bali Justru Tertinggal dari Malaysia dan Thailand

Menurut Ari Dwipayana, saat ini yang perlu menjadi prioritas gubernur dan bupati di Bali yakni aksi tanggap darurat.

Melakukan evakuasi warga yang terjebak banjir, menemukan korban yang hanyut, dan menjamin keselamatan warga jika ada banjir susulan.

Langkah selanjutnya, pemulihan ekonomi, terutama pada pasar-pasar tradisional yang terkena banjir.

Selain itu, pembangunan kembali infrastruktur yang rusak akibat banjir.

Adapun pasar tradisional yang paling terdampak akibat banjir ini adalah Pasar Badung dan Pasar Kumbasari.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah mitigasi bencana agar tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Jangan hanya menyalahkan curah hujan yang tinggi," kata Ari Dwipayana.

Baca juga: Bali Darurat Banjir, Warga Denpasar Selamatkan 25 Kambing Peliharaan

Dia juga mengajak masyarakat untuk memperkuat gerakan tandur toya, yakni menanam air dengan menjaga, memperbanyak, dan memperluas area resapan air.

Dalam konteks ini, gunung dan hutan di wilayah hulu sesungguhnya adalah area resapan air yang penting.

"Karena itu kita harus terapkan Sad Kertih, terutama Wana dan Giri Kertih. Bukan semata-mata ritual, tapi aksi nyata untuk menjaga area resapan air," katanya. 

Bali sesungguhnya memiliki empat danau sebagai bendungan raksasa.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |