Studi EY: Mayoritas Perusahaan akan Tingkatkan Anggaran Keselamatan Kerja

2 days ago 4


KOMPAS.com - Laporan dari Ernst & Young mengungkapkan hampir empat dari lima perusahaan dan instansi pemerintah di seluruh dunia berencana untuk meningkatkan anggaran untuk inisiatif lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja (EHS) dalam tiga tahun ke depan.

Hal tersebut dilakukan sebagai respons terhadap meningkatnya angka kecelakaan dan kematian di tempat kerja.

Melansir ESG Dive, Selasa (9/9/2025), menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dalam laporannya tahun 2023, kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah merenggut nyawa 3 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Angka itu naik 5 persen dibandingkan tahun 2015.

ILO juga menyatakan bahwa sebagian besar dari 2,6 juta kematian diakibatkan oleh penyakit kerja, seperti neoplasma ganas, serta penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah dan pernapasan. Kematian lainnya disebabkan oleh kecelakaan.

Baca juga: ZSL: Hanya 18 Persen Perusahaan Kehutanan Tropis Ungkap Asal Bahan Baku

Pertanian, konstruksi, kehutanan, perikanan, dan manufaktur adalah industri dengan risiko paling tinggi.

Sehingga mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan menjadi alasan utama mengapa kemudian perusahaan-perusahaan bakal meningkatkan anggaran EHS selama tiga tahun terakhir.

"Hal ini hampir bisa dipastikan sebagai respons terhadap tingginya tingkat kematian dan cedera di tempat kerja di banyak pasar," tulis EY dalam laporannya.

Melalui belanja EHS pula, perusahaan bisa meningkatkan efisiensi, memperkuat reputasi, serta meningkatkan ketahanan dan kinerja bisnis.

Program EHS mencakup berbagai hal, mulai dari manajemen limbah dan keselamatan kerja hingga konservasi air dan dukungan kesehatan mental.

Laporan EY menyatakan bahwa hampir tiga dari empat perusahaan yang secara proaktif berinvestasi dalam program EHS mengatakan mereka berhasil mengurangi biaya saat terjadi gangguan tak terduga.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 64 persen responden yang hanya mengambil pendekatan reaktif terhadap tantangan EHS.

Menurut EY juga, di antara para perusahaan yang disebut EHS leaders, 81 persen mengatakan bahwa program mereka telah meningkatkan nilai komersial. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 59 persen dari responden lainnya.

Sementara itu hampir empat dari lima responden menyatakan bahwa pendekatan EHS telah berhasil meningkatkan efisiensi operasional. Peningkatan ini termasuk peningkatan produktivitas, inovasi yang lebih baik, dan penurunan insiden terkait kesehatan.

Baca juga: WHO: Panas Ekstrem akibat Perubahan Iklim Bikin Pekerja Stres

Laporan EY juga mencatat, para responden yang berencana meningkatkan anggaran EHS kemungkinan besar akan memfokuskan dana tersebut untuk mencapai tujuan keberlanjutan, mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan karyawan, serta mencapai kemajuan teknologi.

"Berinvestasi di bidang EHS tidak hanya membantu mematuhi peraturan, tetapi juga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk beroperasi secara efektif dan bertanggung jawab," kata Jessica Wollmuth, salah satu pemimpin global EHS di EY, dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan, perusahaan seharusnya memprioritaskan belanja EHS meskipun ada volatilitas pasar dan kendala anggaran saat ini.

Dalam studi ini EY mensurvei 526 pemimpin tingkat C-suite dan eksekutif EHS di 34 negara dari berbagai industri.

Survei ini dilakukan pada bulan Maret dan April tahun ini, melibatkan perusahaan dengan pendapatan atau anggaran tahunan setidaknya 500 juta dolar AS.

Baca juga: Hadapi Krisis Iklim, Bone dan TTS Masukkan Pangan Lokal ke Kurikulum

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |