Studi: Hutan Tropis Terbelah-belah, Biodiversitas Semakin Terancam

3 hours ago 4

KOMPAS.com - Deforestasi (penggundulan hutan) merupakan masalah yang sudah dikenal luas memengaruhi keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon.

Namun tak hanya itu saja, fragmentasi hutan ternyata juga berperan signifikan dalam mengurangi keanekaragaman hayati dan kemampuan penyimpanan karbon di dunia.

Fragmentasi terjadi ketika hutan yang lebih besar terpecah menjadi area-area kecil yang terisolasi. Hal ini mengurangi konektivitas dan ukuran habitat.

Fragmentasi memburuk ketika area-area ini menyusut, terbelah, memiliki bentuk yang lebih kompleks, atau semakin jauh jaraknya satu sama lain.

Kabar buruknya, studi baru yang dipublikasikan di jurnal Science mengungkapkan bahwa ternyata fragmentasi meningkat di lebih dari separuh hutan dunia, terutama di hutan tropis.

Temuan ini bertentangan dengan studi tahun 2023 yang menyatakan adanya penurunan fragmentasi selama 20 tahun terakhir.

Melansir Phys, Jumat (12/9/2025), para penulis studi baru tersebut percaya bahwa perbedaan temuan itu terletak pada metrik atau cara pengukuran yang digunakan.

Baca juga: 2025, Kemenhut Targetkan 100 Ribu Hektare Hutan Adat Resmi Diakui

Studi tahun 2023 hanya mengandalkan metrik berbasis struktur. Ini adalah metrik yang mengukur hal-hal seperti jumlah, ukuran, dan panjang tepi dari area-area hutan yang terfragmentasi.

Namun, studi lain yang berfokus pada metrik konektivitas dan agregasi menunjukkan peningkatan fragmentasi, terutama di wilayah tropis.

Para penulis menjelaskan bahwa metrik yang berfokus pada agregasi menilai seberapa padat area-area hutan tersebut berkumpul, tetapi mungkin mengabaikan luas keseluruhan.

Sementara itu, metrik yang berfokus pada konektivitas menggabungkan luas area dan konfigurasi spasial (penataan ruang), sehingga memberikan perspektif yang lebih relevan secara ekologis.

Karena setiap metrik menangkap aspek fragmentasi yang berbeda, maka memilih metrik yang memiliki makna ekologis sangat penting untuk melacak kemajuan menuju tujuan konservasi secara akurat.

Nah, untuk menggabungkan semua faktor yang relevan, tim peneliti studi baru ini kemudian menggunakan sembilan metrik fragmentasi yang dikelompokkan menjadi struktur, agregasi, dan konektivitas. Mereka juga mengembangkan indeks komposit untuk setiap kelompok metrik tersebut.

Dengan menggunakan data satelit resolusi tinggi, mereka menganalisis tutupan hutan global dari tahun 2000 hingga 2020 dan membandingkan tren di dalam maupun di luar kawasan yang dilindungi.

Metrik berbasis konektivitas menunjukkan peningkatan fragmentasi di 51-67 persen hutan global dan 58-80 persen hutan tropis dari tahun 2000 hingga 2020.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |