Taburan Benih Cinta Membaca di Rumah Buku Blondo Magelang

15 hours ago 1

MAGELANG, KOMPAS.com - Di ujung jalan setapak Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Magelang, sebuah bangunan mungil bercat biru berdiri sederhana.

Di bawah langit cerah dan udara sejuk khas pedesaan Jawa Tengah, Budi Susila (54) duduk santai di meja kecil. Alunan tembang pop Indonesia era 90-an mengalun pelan dari radio tuanya, mengisi kesunyian pagi itu.

Di dalam ruangan seluas 3x5 meter, sekitar 5.000 buku tersusun rapi—di rak, di lantai, bahkan di sudut-sudut ruang. Ada buku anak-anak berwarna cerah, novel sastra, buku pengembangan diri, hingga buku braille untuk tunanetra.

Baca juga: Jalan Sunyi Pustakawan Penjaga Asa Literasi di Garut

Ini adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Omah Buku, sebuah tempat yang dirintis Budi sejak 2015.

“Saya lebih suka menyebutnya taman bacaan, bukan perpustakaan. Terasa lebih dekat, lebih hidup,” ujar dia sambil tersenyum, ditemani secangkir kopi, pada Sabtu (13/9/2025).

Dari pos ronda jadi taman bacaan

Kisah Omah Buku bermula dari sebuah keisengan. Sekitar 10 tahun lalu, Budi, yang seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Magelang, mulai meletakkan koleksi bukunya di pos ronda dekat rumahnya.

Awalnya, ia hanya ingin berbagi. Tak disangka, buku-buku itu menarik perhatian. Warga membacanya saat ronda malam, anak-anak menyentuhnya di siang hari.

“Saat itu kebetulan ada lomba siskamling tingkat kabupaten. Pos ronda kami juara kedua karena inovasi ini,” kenang Budi.

Keisengan itu berbuah manis. Pos ronda bertransformasi menjadi pos baca, lalu pada 2017 pindah ke bekas bangunan polindes desa.

Baca juga: Kisah Robi Pencetus Rakus, Ruang Teduh Literasi Anak di Pinggiran Bogor

Selama tujuh tahun terakhir, Pemerintah Desa Blondo mendukung operasional Omah Buku dengan anggaran Rp 7-10 juta per tahun.

Namun, ketika desa membangun perpustakaan resmi pada 2024, dana untuk Omah Buku terhenti.

Budi tak surut. Ia memindahkan taman bacaan ke bangunan milik keluarganya pada pertengahan 2025, mengandalkan tabungan pribadi dan bantuan dari sebuah BUMN melalui program pemberdayaan masyarakat.

“Saya cuma ingin anak-anak di desa ini punya akses ke buku. Kalau mereka suka membaca, dunia mereka akan lebih luas,” kata dia.

Taman bacaan dan anak-anak

Budi bukan sekadar pengelola taman bacaan. Ia adalah seorang pendidik, pencerita, dan pemandu.

Bersama lima sukarelawan, ia menghidupkan Omah Buku dengan beragam kegiatan: bedah buku, lomba menggambar, pelatihan membatik, hingga mengajak anak-anak menulis puisi atau cerita sederhana tentang libur sekolah.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |