Tak Terawat dan Kumuh, Pasar Lontar di Koja Utara Sepi dari Pembeli

2 hours ago 1

JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar tradisional masih menjadi salah satu unsur penting yang menggerakkan perekonomian warga.

Namun, kondisi sejumlah pasar di Jakarta masih memprihatinkan karena kurang terawat dan rawan banjir.

Salah satunya adalah Pasar Lontar di Koja Utara, Jakarta Utara. Pasar itu kini terlihat sepi dan banyak kios yang dikosongkan pedagang.

Baca juga: Pemprov DKI Akan Revitalisasi Pasar Minggu dan Pasar Tradisional Lain secara Bertahap

Keramik di lantai pasar banyak yang pecah sehingga lapisan semen di bawahnya sampai terlihat.

Pedagang di lantai satu menjual berbagai produk, mulai dari pakaian, sepatu, sandal, hingga emas.

Sementara lantai dua difokuskan untuk pedagang daging. Di sekitar pasar yang terbuat dari beton, terdapat sejumlah kios kayu tempat pedagang sembako berjualan hingga ke pinggir jalan.

Menurut pedagang, kondisi pasar yang sepi sudah terjadi jauh sebelum pandemi Covid-19.

“Wah sudah lama itu (sepinya). Dari sebelum Covid-19 juga sudah sepi, pas Covid-19 makin sepi lagi,” ungkap Ferdi (72), pedagang emas, kepada Kompas.com, Minggu (14/9/2025).

Kondisi Pasar Lontar, Koja Utara, Jakarta Utara yang sepi, kumuh dan rawan banjir, Minggu (14/9/2025).Hanifah Salsabila Kondisi Pasar Lontar, Koja Utara, Jakarta Utara yang sepi, kumuh dan rawan banjir, Minggu (14/9/2025).

Ia menambahkan, selama empat hari terakhir, tidak ada pembeli yang datang ke tokonya yang sudah berdiri lebih dari 20 tahun.

Ferdi menilai sepinya pasar disebabkan oleh menurunnya kondisi ekonomi yang memengaruhi hampir seluruh lapisan masyarakat.

Baca juga: Dekat Stasiun Lenteng Agung, Pramono Harap Lokasi Baru Pedagang Pasar Barito Ramai Pengunjung

“Susah sih kalau sekarang, jarang ada yang beli. Ada penglaris satu saja satu hari sudah syukur, ini sudah empat hari enggak ada,” kata dia.

Pedagang lain, Rama (54), mengatakan kebiasaan belanja online sebagai faktor tambahan yang membuat pasar semakin sepi.

“Sebelum (pandemi) Covid-19 itu masih ada lah, ramai. Tapi setelah itu, terus ditambah ada belanja online, jadi makin turun drastis,” ungkap pedagang baju itu.

Sebelum pandemi, Rama bisa meraup omzet hingga Rp 2 juta per hari, namun kini hanya sekitar Rp 300.000 per hari, bahkan tidak jarang tanpa pembeli sama sekali.

Selain sepi, pasar juga rawan banjir saat hujan deras karena permukaan jalan di depannya lebih tinggi dari lantai dasar pasar, sehingga air mengalir ke dalam pasar.

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |