JAKARTA, KOMPAS.com – Pada tahun 2024, tingkat penggunaan angkutan umum di Jakarta hanya mencapai 18,86 persen dari total perjalanan harian masyarakat.
Mayoritas warga masih memilih kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, meskipun kapasitas layanan publik telah tersedia.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Cuaca Dingin Bisa Memengaruhi Usia Aki Mobil?
Kendaraan Pribadi
Menurut Muhammad Akbar, seorang pemerhati transportasi serta mantan Kepala Dinas Perhubungan pada era Basuki Tjahaja Purnama, rendahnya tingkat penggunaan angkutan umum ini disebabkan oleh layanan yang belum memadai.
Dok. Shutterstock/ Akhmad Dody Firmansyah Ilustrasi unit bus Transjakarta.
Hal ini meliputi jumlah armada, integrasi antar moda, serta kenyamanan pengguna.
“Banyak warga memilih kendaraan pribadi karena angkutan umum sering terlambat, penuh, dan tidak nyaman. Ini membuat mereka enggan beralih, meskipun kapasitas transportasi publik tersedia,” ungkap Akbar kepada Kompas.com, Senin (15/9/2025).
Dampak Buruk Ketergantungan
Ketergantungan pada kendaraan pribadi mengakibatkan dampak yang cukup luas.
Baca juga: Mitsubishi Destinator Masuk 10 Besar Mobil Terlaris 2025
Mulai dari peningkatan kemacetan, konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi, hingga polusi udara yang semakin mencemari kota-kota besar.
Akbar menjelaskan bahwa kondisi ini juga menambah biaya ekonomi bagi masyarakat, termasuk biaya perawatan kendaraan dan parkir.
Fenomena ini semakin jelas saat musim mudik Lebaran, di mana survei Kementerian Perhubungan pada tahun 2025 menunjukkan bahwa 46,6 persen pemudik memilih menggunakan kendaraan pribadi, meskipun transportasi publik tersedia.
Angka ini menegaskan bahwa sekadar menyediakan fasilitas transportasi tidak cukup tanpa membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan publik.
KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Ilustrasi JakLingko
Kualitas Transportasi Publik
Akbar menekankan bahwa pemerintah perlu serius dalam memperbaiki citra dan kualitas transportasi publik. “Jika layanan angkutan umum nyaman, tepat waktu, aman, dan terintegrasi dengan baik, masyarakat pasti bersedia meninggalkan kendaraan pribadinya,” tegasnya.
Tanpa adanya perbaikan menyeluruh, pola ketergantungan pada mobil dan motor akan terus meningkat.
Hal ini dapat memperburuk kemacetan, polusi, dan memberikan tekanan yang lebih besar pada infrastruktur jalan yang sudah ada.
Oleh karena itu, langkah strategis dari pemerintah dan stakeholder terkait sangat diperlukan untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih baik.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini