INDRAMAYU, KOMPAS.com - Indonesia dikenal dengan kekayaan budayanya. Salah satu adalah Tradisi Kalungan Usus dari masyarakat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Ritual ini begitu unik karena dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Indramayu.
Anak yang lahir dengan kondisi leher terlilit ari-ari akan dibawa oleh orangtuanya ke lapas untuk dimandikan.
Baca juga: Wakil Bupati Padang Pariaman Diusir Warga Desa, Ini Penyebabnya
Tradisi ini pun sudah berlangsung secara turun temurun dan masih dilestarikan hingga sekarang.
Masyarakat percaya anak yang lahir terlilit ari-ari, saat dewasa nanti akan mengalami nasib sial, sering difitnah, dan tumbuh menjadi pribadi nakal yang ujungnya bisa berurusan dengan hukum.
Baca juga: Mengadu ke Lucky Hakim, Orangtua Dua Anak di Indramayu Minta Keadilan Kasus Pelecehan
Dengan mandi di lapas, orangtua meyakini semua itu bisa dihindari dan anak mereka bisa tumbuh menjadi orang baik.
"Waktu lahiran anak saya, kondisinya kalungan usus sehingga orangtua nyaranin harus dipunah terus syukuran di lapas. Takutnya kalau gak dilakuin, saat anak dewasa nanti sifatnya bengal atau nakal," ujar Tri Andini, warga Kecamatan Sukra, Indramayu, Minggu (14/9/2025).
Banyak orang bertanya mengapa harus dilakukan di lapas?
Paman dari Tri, Ridwan menjelaskan, ritual ini juga bisa dilakukan di kantor polisi karena di sana terdapat penjara.
Namun, akan lebih afdol jika dilakukan di lapas karena narapidana yang menempati penjara tersebut sudah memiliki kekuatan hukum tetap dari pengadilan.
Ridwan mengatakan tradisi ini sudah sangat melekat, sehingga ada ketakutan dari orangtua apabila ritual tidak dilakukan akan membawa dampak buruk pada sang anak.
”Mumpung anak dari keponakan saya masih kecil usianya empat tahun, kalau melakukan kenakalan atau sering dituduh hal-hal negatif yang tidak dia lakukan belum bisa di proses hukum. Bayangkan kalau sudah dewasa, takutnya dia sial bisa masuk penjara,” ujar dia.
Proses Kalungan Usus
Dalam prosesnya, tradisi ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh ustad yang bertugas di lapas dan tidak boleh dari luar.
Keluarga yang datang juga harus membawa makanan yang nantinya akan ditukar dengan makanan para warga binaan.
“Jadi makanan yang dibawa keluarga dimakan oleh warga binaan sebagai bentuk sedekah, kemudian makanan mereka (warga binaan) disuapkan ke anak,” ujar dia.