Tujuh dari Sepuluh Anak di Indonesia Terlambat Terdeteksi Diabetes Tipe 1

2 days ago 6

KOMPAS.com – Kasus keterlambatan diagnosis diabetes tipe 1 pada anak di Indonesia masih sangat tinggi.

Ahli endokrinologi, Prof Aman Bhakti Pulungan mengungkapkan, 7 dari 10 anak dengan penyakit ini baru diketahui menderita diabetes setelah mengalami kondisi gawat darurat.

“Kita itu masih 70 persen pasien kita terdiagnosis telat dengan adanya ketoasidosis diabetik (KAD) ini. Ini kan bisa meninggal,” ujar Aman dalam rilisnya, Kamis (11/9/2025).

Baca juga: Bocah Kelas 5 SD di Kediri yang Sakit Diabetes Bercita-cita Ingin Jadi Dokter agar Bisa Rawat Orang Lain

Bahaya KAD yang Sering Terlambat Disadari

Ketoasidosis diabetik atau KAD merupakan komplikasi berbahaya yang terjadi saat gula darah sangat tinggi. Gejalanya antara lain muntah, sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Tanpa penanganan cepat, pasien bisa meninggal dunia.

Aman menambahkan, di negara dengan sistem kesehatan yang kuat, angka keterlambatan diagnosis hingga KAD seharusnya kurang dari 20 persen.

“Kalau masih tinggi, artinya ada masalah serius dalam sistem deteksi dini kita,” jelasnya.

Baca juga: 13 Anak di Kediri Terdeteksi Menderita Diabetes Melitus

Salah Diagnosis Masih Jadi Masalah

Keterlambatan diagnosis juga disebabkan rendahnya pemahaman masyarakat dan sebagian tenaga medis tentang diabetes tipe 1 pada anak. Gejala awalnya kerap disalahartikan sebagai penyakit lain.

“Jadi datang itu bisa dianggap asma, bisa dianggap apendiks atau usus buntu karena sakit perut, dalam satu kasus sampai dioperasi usus buntu, bisa dianggap pneumonia, ternyata diabetik tipe 1,” ungkap Aman.

Ia menegaskan, diabetes tipe 1 berbeda dengan tipe 2. Jika tipe 2 biasanya dipengaruhi faktor keturunan dan pola hidup, maka tipe 1 adalah penyakit autoimun yang bisa dipicu infeksi virus.

Kondisi ini membuat tubuh sama sekali tidak memproduksi insulin.

Untuk itu, Aman memimpin program Changing Diabetes in Children (CDiC) yang mendata anak-anak dengan diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia.

Program ini bertujuan memberi akses insulin, alat pemantauan gula darah, edukasi, dan pendampingan agar kualitas hidup mereka terjaga.

Ia menekankan pentingnya peran dokter umum dalam mendeteksi dini.

“Kalau saya menganggap, semua dokter umum harus paham DM tipe 1. Makanya tiap tahun itu saya selalu memberikan kuliah umum buat dokter yang baru tamat mengenai ketoasidosis. Jadi dokter umum itu harus paham bahwa ada ketoasidosis dan ini mereka harus bisa tanpa rujuk dulu, paling tidak bisa ditangani dulu insulinnya sesegera mungkin,” tegas Aman.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Read Entire Article
Kunjungan Pemerintah | Dewasa | | |